GUNUNGKIDUL, (KH),– Insipratif. Sebagai pelajar, Muhammad Alva Priyandhito (17) memilih punya aktivitas produktif. Dia tak banyak membuang waktu untuk main atau sekedar nongkrong.
Selepas sekolah dan istirahat sebentar, remaja asal Banaran 9, Kalurahan Banaran, Kapanewon Playen, Gunungkidul ini bergegas mendatangi belasan hingga puluhan petani sayur di sekitar tempatnya tinggal. Dia kemudian membeli sayur dan menjualnya ke pasar-pasar dan pusat perbelanjaan.
“Sudah sejak setahun lalu. Peluang ini saya temukan setelah usaha ayah saya yang jualan sayur kesulitan mendapatkan sayur,” kata dia saat ditemui disela mengambil sayur di kebun petani di Kawasan Playen, Kamis (7/9/2023).
Pertama kali, ia mendapat modal dari ayahnya sebesar Rp5 jutaan. Dari modal itu kemudian ia kembangkan. Dalam sehari, dia berbelanja sayur ke petani menghabiskan uang antara Rp4 hingga Rp5 juta.
Selesai belanja, ia pergi ke pasar Playen. Di kios ayahnya ia membagi aneka jenis sayur ke dalam kemasan-kemasan yang lebih kecil. Antara 1 hingga 5 kilogram tiap kemasan. Sayur yang dikemas lantas jadi langganan pedagang sayur eceran.
“Ada jamur, gambas, cabai, terong, mentimun dan lain-lain. Kalau omset perbulan naik turun, pernah saya dapat omset Rp100 jutaan dalam satu bulan. Bersihnya sekitar 6 hingga 10 persen,” ungkap Alva.
Alva menambahkan, komoditas unggulan yang ia jual yakni gambas dan jamur. Kalau pasar Playen tak mampu menampung habis dagangannya, ia mengirimnya ke Pasar Prambanan dan Pasar Argosari Wonosari.
Dia mengaku tak malu jualan sayur. Justru, dengan aktivitasnya itu ia mampu membantu keuangan orang tuanya. Sebagian hasilnya dipakai untuk membayar biaya sekolah. Belum lama ini Alva mampu beli sepeda motor sendiri.
Permintaan pedagang sayur eceran yang tinggi membuatnya kerepotan. Ia pun mengajak serta temannya bergabung membantu usahanya. Setidaknya ada 3 teman yang turut membantunya keliling membeli sayur dan menyelesaikan tugas pengemasan.

“Yang bantu ada teman satu sekolah di SMK Al Hikmah Gubugrubuh. Ada pula yang sudah tak sekolah,” imbuhnya.
Meski masih belia dan sekolah, ia nampak luwes bernegosiasi dengan petani sayur maupun saat melayani para pedagang sayur eceran. Berdasar pengakuannya, kepiawaiannya bernegosiasi itu karena telah terbiasa.
“Mula-mula ya canggung, sekarang sudah terbiasa,” tutur Alva.
Teman Alva, Nova Junianto mengaku telah ikut membantu jualan sayur sekitar 7 bulan. Upah yang ia terima lantas disimpan.
“Untuk jaga-jaga kalau pas butuh bisa dipakai. Untuk kebutuhan uang saku, bensin dan kebutuhan saya pribadi,” kata Nova.
Dia mengaku beruntung dapat membantu Alva jualan sayur. Dari hasil sekitar Rp25 ribu tiap harinya, banyak kebutuhan pribadi yang mampu ia selesaikan tanpa minta ke orang tua. (Kandar)