“Merasa menjadi ‘orang’ ya setelah gabung menjadi agen Santoso,” kata Suhardi bersyukur. Yang ia maksud, tentu saja penghasilan sebagai agen dapat memberi dukungan penuh untuk kebutuhan hidup yang ia jalani. Dirinya dapat memberi nafkah bagi keluarga lebih dari cukup, membiayai sekolah anak-anaknya, mampu berkontribusi bagi lingkungan, dan lain-lain.
“4 anak mampu saya biayai hingga kuliah. Saya juga mempunyai kesempatan memikirkan hal-hal lain di luar kebutuhan dapur,” imbuh Suhardi.
Suhardi memberi gambaran perbandingan hasil yang diperoleh menjadi agen antara dulu dengan saat ini. Saat harga tiket tahun 90-an senilai Rp 3.500, maka komisi yang ia peroleh untuk tiap penumpang dapat untuk membeli 1 sak semen. Untuk saat ini, dengan harga tiket Rp 175.000, untuk mendapatkan komisi senilai 1 sak semen maka dirinya minimal harus mendapat setidaknya 8 penumpang.
Masih terus bersaing dan melayani jasa transportasi, kini hari-hari biasa, sekitar 7 bus selalu berangkat dari Gunungkidul menuju kawasan Jabodetabek. Bus dengan tampilan baru berwarna dominan merah berslogan ‘Melegenda dan Tetap Dipercaya’ yang tetulis di bodi sesekali muncul di Terminal Dhaksinarga Wonosari.
“Ketika momentum mudik bisa menambah 1 kali lipat dari sebelumnya. Sehingga ada sekitar 15 bus beroperasi di Gunungkidul. Jam berangkat maksimal pukul 14.00 WIB untuk setiap harinya,” terang Eka.
Selain fokus melayani jasa transportasi umum, direksi PO Santoso juga membuka usaha turunannya, di antaranya vulkanisir, karoseri, bubut, bospom, dan jasa antar paket. (Kandar)