Budidaya Lobster Air Tawar: Operasional Minim Hasil Bikin Pingin

oleh -35973 Dilihat
oleh
Darmito menunjukkan induk lobster air tawar. KH/ Kandar.
Darmito menunjukkan induk lobster air tawar. KH/ Kandar.

WONOSARI, (KH),– Lobster Air Tawar (LAT) atau Freshwater Crayfish merupakan binatang air yang cukup mudah untuk dibudidayakan. Beberapa warga di Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul telah membuktikannnya.

Warga pembudi daya telah membentuk kelompok Danu Tirto. Salah satu pengurus kelompok, Darmito saat ditemui, Selasa, (19/2/2019) mengatakan, mulanya di Padukuhan Ngaliyan hanya ada beberapa warga yang mencoba memelihara lobster.

Sekitar tahun 2012 beberapa warga mencoba memelihara. Seiring waktu berjalan, banyak warga lain tertarik kemudian dibentuklah kelompok. Budidaya secara intensif juga dilakukan seiring adanya dukungan dari pemerintah daerah melalui instansi terkait.

“Kelompok mendapat bantuan kolam, sementara ini budidaya yang dilakukan utamanya untuk pembibitan saja,” katanya mengawali perbincangan.

Menurutnya, pemeliharaan cukup mudah. Selain itu biaya operasional pakan dan perawatan terbilang sedikit. Modal yang dirasa lebih banyak hanya dikeluarkan pembudidaya saat memulai usaha. Yakni untuk pembuatan kolam dan perangkat aerotor/ air stone (gelembug udara). Pembudidaya dapat memilih media yang digunakan, baik berupa kolam semen atau kolam fiber (tank).

Dijelaskan, hewan yang biasa hidup alami di rawa dan sungai ini umumnya bertelur 4–5 kali dalam setahun. Satu indukan yang baik atau berukuran fisik besar dapat menghasilkan 400-an telur anakan atau burayak setiap kali bertelur

“Kami jual bibitnya yang berukuran 1 inchi seharga rp. 400, yang 2 inchi seharga Rp. 800 tiap ekor,” terangnya. Harga tersebut jika dijual ke pengepul. Sehingga berpotensi lebih tinggi jika dijual ke peternak langsung.

Gambaran hasil yang didapat, jika pembudidaya memiliki 5 induk betina saja maka jika bertelur akan diperoleh burayak atau bibit lobster sekitar 2.000-an bibit. Jika dikalikan untuk bibit ukuran 2 inchi dengan harga Rp. 800 maka diperoleh hasil Rp. 1.600.000. Jika dikurangi resiko kematian maka hasilnya akan berkurang sedikit saja.

Estimasi waktunya menurut Darmito juga lumayan singkat. Mulai dari telur menetas hingga lobster berukuran 2 inchi membutuhkan waktu 4 hingga 5 bulan. Darmito melanjutkan, jika pembudidaya lebih bersabar kemudian hendak menjual untuk konsumsi maka keuntungan akan lebih tinggi. Umur ideal agar lobster siap konsumsi mencapai 8 hingga 10 bulan.

“Tidak sampai satu tahun. Saat ini satu kilogram laku Rp. 125.000 hingga 150.00,” sambung Darmito.

Baca Juga: Anissa, Kuliah Sembari Jualan Masakan Jepang

 

Lebih jauh disampaikan, dari 400-an lobster (jantan dan betina) yang saat ini dipelihara telah memberikan tambahan penghasilan baginya rutin setiap bulan. Ratusan indukan tersebut tidak bertelur bersamaan atau selalu bergantian. Sehingga rata-rata bibit tiap bulan yang dipanen antara 3.500 hingga 4.000 bibit. Maka hasil penjualan bibit berkisar antara Rp. 2 hingga 3,2 juta tiap bulan. Rentang hasil uang penjualan ini dipengaruhi banyak faktor, antara lain ukuran bibit saat dijual, serta risiko kematian bibit. Hasil tersebut dikurangi biaya pakan dan perawatan 400-an ekor lobster yang tidak lebih dari 150 ribu tiap bulan.

“Berputar saja terus. Selama menunggu bibit tumbuh hingga 2 inchi, sebagian indukan sudah bertelur lagi,” paparnya. Menurut Darmito, pembudidaya yang berjumlah 20-an anggota merasa bahwa memelihara lobster air tawar memberi tambahan pendapatan yang cukup lumayan. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar