PONJONG, (KH)– SMP N 1 Ponjong secara resmi membuka ‘Hutan Sekolah’ Sabtu, (21/1/2017). Pembukaan hutan sekolah ditandai dengan penanaman serentak sekitar 2.500 batang pohon, diantaranya meliputi sengon, jabun dan gaharu.
Kepala SMPN 1 Ponjong, Pratjaja Mpd mengatakan, hutan sekolah dengan nama “Wana Mulya” memiliki luas 3.200 meter persegi. “Nama hutan Wana Mulya mengandung arti hutan yang nyaman,” terangnya.
Sambung Pratjaja, lahan tanah hutan sekolah merupakan sumbangan dari pemerintah desa Karangijo Kulon, sedangkan bibit merupakan bantuan yang berasal dari Kementrian Kehutanan. Disampaikan pula, disela-sela pohon akan ditanami empon-empon dan cabai.
Bersamaan dengan kegiatan bertema “Lestari Alamku, Lestari Bumiku” itu juga dilakukan pencanangan Gerakan Kecil Menanam Besar Memanen, menabung pohon sebagai penyelamat kehidupan. Diwaktu yang sama SMPN 1 Ponjong juga memprogramkan Sekolah Seribu bunga.
Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Bupati (Wabup) Gunungkidul Dr Immawan Wahyudi, Kepala Dinas Dikpora (Disdikpora) Drs Sudodo, MM beserta Kabag SMP Dinas Dikdipora. Selain itu hadir pula Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Ir Khairuddin, Muspika Kecamatan Ponjong, Kepala Sekolah SMP se pokja Ponjong dan masyarakat sekitar.
Dalam sambutan Wabup menyatakan sangat mendukung kegiatan tersebut sekaligus berharap pohon-pohon yang ditanam di hutan sekolah tumbuh dengan baik dan memberi manfaat bagi sekolah serta lingkungan. “SMPN 1 Ponjong kami juluki sebagai SMP Seribu Bunga,” ujar Immawan.
Sementara itu, Kadisdikpora menyambut baik pembukaan lahan hutan sekolah ini dan menghimbau agar sekolah-sekolah lain di Gunungkidul mencontoh dan mengikuti apa yang dilaksanakan oleh SMPN 1 Ponjong. “Di Gunungkidul baru SMPN 1 Ponjong yang memiliki hutan sekolah. Sekolah lain silahkan menyusul,” pintanya. Berdasar informasi dari Dinas Lingkungan Hidup, tak hanya di Gunungkidul, SMPN 1 Ponjong juga merupakan satu-satunya sekolah di DIY yang memiliki hutan sekolah.
Terpisah Humas SMPN 1 Ponjong, Tutik Suprapti, memaparkan tujuan pembukaan hutan sekolah, yakni diantaranya; mendukung program langit biru dan lingkungan yang kondusif bagi kelestarian lingkungan, membuat terobosan bagaimana mencari sumber keuangan yang mendukung terlaksananya pendidikan di sekolah tanpa membebani keuangan pemerintah/masyarakat.
“Selain itu juga untuk menjalin kemitraan dengan pemerintah desa setempat dan penduduk sekitar sekolah. Kerjasama pengadaan lahan hutan sekolah ini dijalankan dengan sistem bagi hasil, dimana menjadi bagian pengembangan sekolah berbasis lingkungan,” papar Tutik. (Kandar)