Menu Dibikin Saat Awal Pandemi, Nasi Berkat Pawiro Ranti Laris Hingga Jakarta

oleh -
Nasi Berkat Pawiro Ranti dapat dibeli di Padukuhan Tawarsari, Kalurahan Wonosari, Kapanewon Wonosari. (KH/ Kandar)

WONOSARI, (KH),– Pandemi Covid-19 bukan hambatan untuk mengembangkan dan berinovasi dalam berbisnis. Seperti yang dilakukan Sri Suyatmi (60) warga Padukuhan Tawarsari, Kalurahan Wonosari, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul ini. Justru, saat awal mula pandemi terjadi, dirinya menyediakan menu baru. Melengkapi produk dari usaha yang bergerak dibidang kuliner dan olahan makanan yang selama ini dijalankan.

Bungsu dari 4 bersaudara keturunan Pawiro Ranti, pedagang ulung Palawija asal Wonosari itu membuat menu Nasi Berkat. Sebelumnya, ia meneruskan usaha orang tua membuat abon sapi dan kerupuk. Tidak lama setelah menu baru itu dibuat larisnya bukan main.

“Mulanya hanya bikin menu ‘kicikan’ daging. Lalu lanjut bikin Nasi Berkat. Dua bulan berjalan langsung laris,” ungkap Sri Suyatmi saat ditemui di rumah yang sekaligus dijadikan tempat jualan ini.

Suyatmi menyebutkan, konsumen lokal, selain masyarakat umum banyak pelanggan datang dari perkantoran lembaga pemerintah dan perbankan.

Menu olahan yang dibungkus daun jati berisi nasi, mie, oseng, srundeng, serta lauk berupa telur, daging sapi atau ayam ini juga laris di wilayah Solo, Bantul dan Kota Yogyakarta.

“Ada beberapa orang yang ikut menjual secara online. Tidak sedikit pembeli dari luar kota lantas memesan melalui telepon lalu diambil atau minta dikirim,” terang dia.

Bahkan, tak jarang ia melayani pembeli asal Jakarta. Pengiriman Nasi Berkat dititip ke bus AKAP yang melayani trayek ke lokasi dekat dengan pembeli.

“Tidak basi sampai Jakarta. Asal cara mengemasnya benar,” timpal Suyatmi. Dirinya menandaskan, menu olahan Nasi Berkat baik nasi dan pelengkapnya tak akan basi selama 1 x 24 jam.

Dijelaskan, teknik menyiapkan Nasi Berkat diantaranya melalui proses mendinginkan nasi dengan cara di-ngi. Yakni dikipas menggunakan kipas anyaman bambu berukuran besar. Setelah benar-benar dingin baru dikemas dibungkus daun jati. Dengan begitu, sampai di kota tujuan kondisi nasi dan lauk pelengkapnya masih dalam kondisi baik.

Panjang lebar diutarakan, setiap hari Suyatmi dibantu 6 pekerja. Sejak pukul 03.00 WIB dini hari ia memasak 25 kilogram beras sekaligus mengolah bahan-bahan masakan yang lain. Setidaknya ia dapat menjual 200 bungkus Nasi Berkat setiap harinya. Bahkan terkadang jumlah penjualan sekali tempo dapat jauh melebihi jumlah penjualan rata-rata harian jika ada pesanan skala besar.

“Harganya ada dua pilihan. Mulai Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu,” imbuhnya. Selain menu Nasi Berkat, ia juga sediakan menu olahan khas desa yang lain. Ada puli, tahu, tempe baik dibacem maupun goreng serta apem. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar