Jejak Geologi Periodisasi Terbentuknya Gunungkidul Ada di Taman Batu Mulo

oleh -
oleh
Koleksi batu di Taman Batu Mulo Wonosari, Gunungkidul. KH/ Kandar.
iklan dprd

WONOSARI, (KH),– Menakjubkan, puluhan jenis batuan seolah bercerita bagaimana bumi Gunungkidul terbentuk. Puluhan jenis batuan dari bentangan geopark Gunungsewu tersebut dipajang. Sebagian berada di ruang terbuka, sebagian lain di tata dalam etalase di dalam gedung. Koleksi batu yang jumlahnya mencapai ratusan tersebut berada di Taman Batu di Desa Mulo Kecamatan Wonosari, Gunungkidul.

Taman batu yang dibangun dengan dana yang bersumber dari Badan Geologi ini dijadikan Destinasi Wisata Edukasi di Gunungkidul. Keberadaannya semakin melengkapi berbagai destinasi wisata alam yang cukup banyak terdapat di bumi Handayani.

Sekertaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Hari Sukmono menyampaikan, etalase taman batu ini merupakan bagian dari upaya pengumpulan bukti-bukti sejarah terbentuknya bumi Gunungsewu termasuk di dalamnya wilayah Gunungkidul.

“Taman batu ini memberikan pembelajaran atau informasi bagaimana dataran Gunungkidul terbentuk. Saat ini baru terkumpul 20 jenis batuan dari 90-an jenis yang ada di Gunungsewu,” terang Hari Sukmono, belum lama ini.

iklan golkar idul fitri 2024

Lebih jauh disampaikan, ide pemerintah membangun taman batu ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada khalayak mengenai periodesasi terbentuknya kawasan yang menjadi bagian dari Geopark Gunungsewu ini. Meski koleksi berbagai jenis batu merupakan benda mati, namun dengan ilmu geologi dapat digambarkan bagaimana situasi Gunungsewu masa lampau.

Salah satunya, di dalam taman batu tersimpan bukti informasi bahwa Gunungsewu termasuk Gunungkidul pada masa lampau merupakan dasar laut. Salah satu buktinya terdapat pada beberapa jenis batu yang dipajang. Batu tersebut merupakan fosil biota laut. Selain itu ada pula fosil kayu, dan puluhan jenis batu berusia tua seperti batu Kristal kalsit, batu gamping koral, gamping lapis, basal terbreksikan, basal dan peridotit terubah, batu gamping terumbu dan lain-lain. Beberapa jenis batu tersebut berusia setidaknya mencapai belasan hingga puluhan juta tahun yang lalu.

Lokasi destinasi wisata edukasi yang dibangun sejak tahun 2015 ini berada di jalur wisata menuju kawasan pantai. Sehingga cukup representatif untuk disinggahi wisatawan.

“Saat ini koleksi batu yang telah terkumpul berasal dari Gunungkidul, Pacitan dan Wonogiri, serta dari situs Karangsambung Kebumen,” jelas Hari.

Meski masih dalam tahap akhir penataan, namun taman batu ini siap untuk dikunjungi. Setiap harinya sudah ada petugas yang berjaga menyambut pengunjung. Dinas Pariwisata telah membuat register dan mengumpulkan informasi dari berbagai jenis batuan tersebut. Saat ini sedang disusun deskripsi agar keterangan mengenai jenis batuan dapat dengan mudah diterima masyarakat.

“Proses pengumpulan batuan sebagian dengan cara membeli, sumbangan masyarakat serta saling tukar,” tukas Hari. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar