Mengungkap Jejak Manusia Purba di Gunungkidul

oleh -25442 Dilihat
oleh
manusia purba
Ekskavasi oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Gua Braholo. (KH/ Kandar).

GUNUNGKIDUL, (KH),– Kabupaten Gunungkidul telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun. Banyak ditemukan bukti-bukti arkeologis keberadaan manusia purba tersebut yang ditemukan di gua-gua dan ceruk-ceruk di perbukitan karst Gunungkidul, terutama di Kecamatan Ponjong.

Kecenderungan manusia menempati Gunungkidul saat itu disebabkan sebagian besar dataran rendah di Yogyakarta masih digenangi air.

Berdasar literarur, Kedatangan manusia pertama di Gunungkidul terjadi pada akhir periode Pleistosen. Saat itu, manusia Ras Australoid bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur melewati lembah-lembah karst Wonogiri, Jawa Tengah hingga akhirnya mencapai pesisir pantai selatan Gunungkidul melalui jalur Bengawan Solo Purba.

Dari sekitar 460 gua karst di Gunungkidul, hampir setengahnya menjadi hunian manusia purba. Dari 72 gua horizontal di ujung utara Gunungsewu, tepatnya di Kecamatan Ponjong yang terapit Ledok Wonosari di barat dan Ledok Baturetno di timur, 14 gua di antaranya merupakan bekas hunian manusia purba dan dua di antaranya sudah diekskavasi yaitu Song Bentar dan Song Blendrong.

Di ceruk Song Bentar pernah menjadi hunian Homo sapiens. Di song tersebut ditemukan delapan individu yang terdiri dari: 5 dewasa, 2 anak-anak dan 1 bayi. Tak hanya itu, ditemukan pula alat-alat batu seperti batu giling, beliung persegi dan mata panah. Sementara di Song Blendrong ditemukan banyak tulang, peralatan batu, tanduk dan serut kerang yang berserakan di lantai ceruk.

Selain itu, di Gua Seropan di Kecamatan Semanu juga ditemukan bukti keberadaan manusia purba. Di lorong lama gua itu banyak ditemukan cetakan tulang purba di dinding-dinding lorong. Sementara di lorong baru, yang berada pada kedalaman 60 m dan baru muncul setelah terjadinya banjir di sungai bawah tanah tahun 2008, ditemukan potongan tulang kaki, gigi dan rusuk mamalia.

Jejak manusia dan hewan Purba juga ditemukan di Gua Braholo di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul.

Di Gua tersebut sebagaimana disampaikan Arkeolog Indonesia, Drs. E. wahyu Saptomo M. Hum., terdapat fosil atau fragmen tulang beberapa fauna langka Asiatis.

manusia purba
Gua Braholo di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop. Di Gua ini terdapat fosil manusia purba. (KH/ Kandar)

“Terdapat fosil lebih dari 30 jenis fauna baik yang hidup di laut, air tawar dan darat. Semua ditemukan di Gua dengan tinggi 15 meter dan luas keseluruhan 1.170 meter peregi ini,” katanya pada suatu kesempatan.

“Musang, anjing hutan, landak, rusa, kerbau, sapi, kancil, babi hutan, monyet, ular sanca, dan kura-kura. Terdapat pula temuan fragmen tulang hewan besar seperti badak, banteng, kuda nil dan gajah asia (Elephas maximus) atau yang ditengarai sebagai Stegodon,” paparnya lelaki kelahiran Gunungkidul ini.

Disebutkan, penggalian yang semakin ke dalam, fragmen tulang yang ditemukan berasal dari jenis fauna yang semakin besar pula.

Baca Juga : Menyibak Tabir Penghuni Rumah Peradaban Gua Braholo Rongkop

Mengenai keberadaan manusia purba, pada penelitian 1998 di Gua Braholo telah ditemukan dua individu rangka manusia. Manusia tersebut merupakan manusia modern awal yang hidup sekitar 10.000 tahun lalu.

Sebagaimana diketahui, Manusia Purba modern, Homo Sapiens yang pertama kali keluar dari Afrika sekitar 100 ribu tahun lalu, kemudian bermigrasi sampai di Asia Tenggara sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu.

Setelahnya, keturunannya tiba di Paparan Sunda termasuk di Nusantara sekitar 50.000 tahun yang lalu. Di Indonesia fosil manusia purba jenis ini ditemukan di Wajak, Jawa Timur. Kemudian dikenal dengan sebutan Homo Wajakensis. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar