
KARANGMOJO,(KH)— Dua puluh Padukuhan di Desa Bejiharjo Karangmojo unjuk gigi dalam gelar budaya yang digagas oleh Dinas Kebudayaan DIY, puluhan kesenian lokal khas daerah setempat ditampilkan dalam acara tersebut.
Ketua Gelar Budaya Desa Bejiharjo Sujarwo mengatakan, berbagai pertunjukan kesenian daerah, adat istiadat, kuliner, dan permainan anak semuanya ditampilkan di hadapan dewan juri dalam waktu bersamaan.
“Gelar potensi budaya ini dilombakan. Ada 12 desa budaya di Gunungkidul yang mengikuti agenda serupa,” katanya, saat ditemui di Balai Desa Bejiharjo, Minggu (7/12/2014).
Ia menjelaskan, puluhan kesenian Desa Bejiharjo yang ditampilan antara lain: kethoptrak, reog gagrak baru dan gagrak lawas, tayup, doger, rinding, gamelan Jawa dan masih banyak lagi.
Masyarakat juga menampilkan adat tradisional setempat seperti labuhan menjelang masa panen, gumbregan (ritual untuk hewan ternak), mitoni (ritual untuk ibu hamil yang berumur 7 bulan), dan berbagai adat tradisional yang kini keberadaanya mulai ditinggalkan masyarakat.
“Untuk permainan tradisional, kita menampilkan permainan benthek, lompat tali, lumbungan (dakon), tongkat egrang, jamuran dan dingklik oglak-aglik. Kita libatkan seluruh masyarakat di 20 paduluhan,” jelasnya.
Sementara Ketua Desa Budaya Desa Bejiharjo Hargo Warsono menambahkan, gelar budaya dilaksanakan untuk mengawal dan melestarikan kesenian, adat istiadat, serta permainan tradisional yang ada ditengah masyarakat.
“Sesuai dengan undang-undang keistimewaan, budaya dan adat istiadat harus dilestarikan, serta ditumbuhkembangkan dan dimanfaatkan. Ini adalah aset yang harus dijaga. Harapannya nanti dapat bersinergi dengan perkembangan wisata di Bejiharjo sehingga dapat membantu pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Berbagai budaya dan adat istiadat ini ditampilkan dalam waktu bersamaan di hadapan empat dewan juri dalam waktu hanya 2 jam. Selanjutnya acara ditutup dengan pawai budaya yang mengusung tema kearifan lokal.
Tidak hanya wisatawan lokal, acara yang dipusatkan di Balai Desa Bejiharjo ini juga dihadiri oleh turis manca negara. Berbagai kuliner khas desa setempat juga dipamerkan untuk memanjakan lidah masyarakat. Acara yang melibatkan Karang Taruna Desa ini juga memamerkan kerajinan dekorasi inovatif untuk resepsi pernikahan.
“Minimal generasi sekarang, menyukai permainan yang dilestarikan nenek moyang, mengenal, dan menjadi kader yang bisa melestarikan,” pungkas Hargo. (Juju/Bara)