Wilayah Pantai Wediombo Sebaiknya Jadi Kawasan Konservasi

oleh -
oleh
iklan dprd

GIRISUBO, kabarhandayani.– Semakin banyaknya wilayah pantai yang dibuka untuk kegiatan pariwisata akan berdampak pada rusaknya kawasan dan ekosistem laut. Guna mencegah terjadinya kerusakan tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY mengadakan kegiatan sosialisasi konservasi kawasan pantai di desa Jepitu Girisubo, Rabu (20/8/14).
Dalam sosialisasi tersebut Sri Harnanto, Kepala Bidang Kelautan dan Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan DIY berharap, agar tidak semua pantai di Gunungkidul dibuka untuk kegiatan kepariwisataan. Harus ada beberapa pantai yang dijadikan kawasan konservasi. Jika semua pantai dibuka, kemungkinan besar akan rusak dan mengancam kelestarian ekosistem sumber daya laut dan pesisir.
“Saya berharap agar Pantai Wediombo menjadi kawasan konservasi. Namun, sampai saat ini surat Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY belum mendapat balasan dari Bupati Gunungkidul,” tegas Sri Harnanto. Menurut analisis Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, wilayah pantai sekitar Wediombo merupakan pantai yang tepat dijadikan kawasan konservasi. Wilayah pantai tersebut menurutnya meliputi Wediombo, Jungwok, Greweng, Pulau Glatik.
Kawasan pantai ini sebaiknya dijadikan kawasan konservasi dengan alasan pantai Wediombo memiliki karang yang luas dan jenis ikan yang banyak. Hal serupa disampaikan oleh Dr. Namastra Probosunu, narasumber dari UGM. Dalam sosialisasi tersebut, ia menjelaskan tentang spesies laut yang rentan terhadap kepunahan, ragam permasalahan pesisir dan laut, serta upaya mengatasi masalah ekosistem pasir dan laut.
“Sebenarnya dalam kawasan konservasi itu masyarakat bisa memanfaatkan, tapi dibatasi. Apalagi jika bisa dijadikan destinasi wisata minat khusus, kata Namastra.
Namastra juga menandaskan, kemajuan pariwisata memang akan menguatkan perekonomian masyarakat sekitar pantai, tapi jika tidak dibatasi akan merusak kelestarian ekosistem sumber daya laut dan pesisir. Sama halnya jika hutan semua dibuat lahan pemukiman atau pertanian, maka akan mengancam kelestarian hewan dan berkurangnya oksigen untuk kehidupan. (Heri Rado/Jjw)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar