Tampil Memukau, Kontingen Panggang Berupaya Pertahankan Gelar Juara

oleh -1095 Dilihat
oleh
Salah satu adegan pementasan Kethoprak dari Kecamatan Panggang berjudul "Sagopi". KH/ Kandar
Salah satu adegan pementasan Kethoprak dari Kecamatan Panggang berjudul "Sagopi". KH/ Kandar
Salah satu adegan pementasan Kethoprak dari Kecamatan Panggang berjudul “Sagopi”. KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Dalam lanjutan festival Kethoprak 2016, Rabu, (9/11/2016) malam, kontingen Kecamatan Panggang tampil pada urutan ke-dua. Peraih juara pada festival yang sama tahun sebelumnya ini berulang kali mendapat tepuk tangan dan sorak dari para penonton.

Disampaikan Sutradara Kethoprak, Y Suntono (64), Kontingen yang menyuguhkan pertunjukan berjudul “Sagopi” ini sebelum pentas di Gedung Kesenian Wonosari telah mempersiapkan diri kurang lebih selama sebulan.

Dikatakan, sebagian besar pemeran merupakan pemain baru, bahkan hanya seorang saja dari jumlah keseluruhan pemain yang terlibat pada pementasan kali ini merupakan pemain pada tahun lalu.

“Sagopi merupakan emban/ pembantu sebagai tokoh kunci, ia yang ikut menyelamatkan Kraton atas upaya Demung Langse dan Putri Asoka serta anaknya Sentanu untuk mengambil alih kekuasaan Kraton Sigaluh,” ujar Y Suntono.

Konflik Kraton Sigaluh dimulai saat sang raja, Prabu Belitung yang diperankan oleh Satriyanto bernama Prabu Balitung ditinggal mati istrinya, putri prameswari. Oleh Demung Langse yang diperankan oleh Slamet membuat skenario licik agar Prabu Balitung menikah dengan Asoka yang telah memiliki anak bernama Sentanu.

Setelah Prabu menikahi Asoka mereka berniat agar putra mahkota jatuh ke Sentanu, upaya ini ditempuh dengan membunuh Raden Panjalu anak dari Prabu Balitung. Dalam sebuah peperangan komplotan Demung Langse merasa berhasil membunuh Raden Panjalu, ternyata upaya itu gagal karena Raden Panjalu ditolong oleh Sagopi.

Ending dari pementasan berdurasi 1 jam lebih 5 menit itu saat Sagopi membongkar akal busuk Asoka dan komplotannya ketika hendak ditetapkannya Sentanu sebagai putra mahkota, kemunculan Raden Panjalu yang ternyata masih hidup dan menghakimi pemeran antagonis menjadi adegan terakhir pementasan kontingen Kecamatan Panggang ini.

“Sebagian masih pelajar SMP dan SMA, kita latihan tiap malam hari menyesuaikan kesibukan para pemain, ada yang menjadi petani dan kerja bangunan di Yogya. Berkat keseriusan latihan, kami menganggap pertunjukan berjalan sukses,” terang Y Suntono lagi.

Ditambahkan Dewan Budaya Kecamatan Panggang, Surantoko, para pemain merupakan seleksi dari semua desa di wilayah Panggang. Para pemeran diseleksi melalui festival kethoprak antar desa di Kecamatan Panggang. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar