Sendratari Remaja Karangduwet Paliyan Pukau Peserta Upacara

oleh -2322 Dilihat
oleh

PALIYAN, kabarhandayani,– Setelah Upacara Detik-detik Proklamasi di Kecamatan Paliyan selesai, panitia memberikan sebuah hiburan kepada warga dengan menampilkan tari dan drama kolosal dari anak-anak Karangduwet, Paliyan. Minggu (17/08/2014).
Sebanyak lima puluh anak dan remaja berkumpul di tengah lapangan. Beberapa anak perempuan yang memakai pakaian ala petani yang dilengkapi bakul dan capingnya. Ada pula sekelompok anak laki-laki yang setengah badannya berwarna putih, memakai topeng dan membawa ranting pohon.
Aji, warga Karangduwet yang juga bertugas sebagai narator mengungkapkan, dalam drama kolosal tersebut menceritakan kehidupan petani yang memprihatinkan dan memohon pada Tuhan akan hasil yang sudah mereka tanam. “Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan hasil panen yang baik, hal ini dimaksudkan seperti halnya masyarakat pada masa dahulu yang masih serba kesusahan di dalam kehidupannya” katanya.
Namun, tiba-tiba sekelompok anak laki-laki dengan badan berwarna putih dengan menggunakan topeng datang mengitari para petani tersebut. Mereka membuat para petani terkapar. “Anak laki-laki yang mengitari tersebut adalah simbol kejahatan, seperti masyarakat pada masa penjajahan yang menderita di bawah penjajahan,” jelas Aji.
Kemudian datanglah seorang anak kecil yang membawa bendera merah putih berputar mengelilingi para tokoh jahat dan petani yang terkapar. Kemudian petani yang terkapar tersebut bangun, sebaliknya para tokoh jahat yang kemudian terkapar. ” Terakhir seorang anak kecil tersebut menceritakan tentang para pahlawan walaupun mereka berperang dengan serba seadanya, namun pada kenyataanya bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaannya,” terangnya.
Aji menjelaskan, pertunjukan ini dibuat semata-mata untuk ikut memeriahkan HUT RI ke-69. Latihan dilakukan jauh-jauh hari sebelum mereka mendaftarkan diri kepada panitia. “Untuk alatnya kami sengaja memanfaatkan sesuatu yang ada di sekitar, seperti pelepah pisang, bonggol pisang, dan ranting pohon,” jelas Aji.
Marwatahadi Camat Paliyan mengaku terkesan dengan penampilan sekelompok anak dan remaja dari Desa Karangduwet tersebut. Menurutnya, sendratari yang ditampilkan dapat terus dibina dengan pendampingan serius. “Mereka memakai alat sederhana untuk mempertunjukan aksi mereka di depan umum. Alangkah baiknya ada bimbingan kepada anak-anak agar kreativitas mereka dapat berkembang lebih jauh,” harapannya
Dalam sendratari tersebut, para peraga menggunakan alat-alat sederhana seperti topeng dari pelepah pisang dan ranting-ranting pohon. Ini membuat pertunjukan tersebut terkesan sederhana, namun mempunyai nilai seni yang tinggi. “Mereka mendaftar pada tanggal 15 Agustus yang lalu, kami juga belum tahu pertunjukan seperti apa yang akan mereka tampilkan, namun setelah melihatnya, tamu undangan dan masyarakat bertepuk tangan karena memang aksi anak-anak ini sangat mengesankan,” papar Hartoko Ketua Panitia HUT Kemerdekan RI ke 69 Kecamatan Paliyan. (Atmaja/Jjw).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar