Sekilas Perjalanan Batik di Indonesia

oleh -1243 Dilihat
oleh
Ibu-ibu dari Desa Tancep Ngawen sedang membatik. Dok: KH.
Ibu-ibu dari Desa Tancep Ngawen sedang membatik. Dok: KH.
Ibu-ibu dari Desa Tancep Ngawen sedang membatik. Dok: KH.

NGAWEN, (KH) — Batik bagi sebagian orang mungkin dipandang hanya sebatas pelengkap fashion yang menunjukan identitas daerah di berbagai event resmi. Namun dibalik itu, batik merupakan bentuk seni kuno yang berasal dari kultur Jawa. Dari setiap corak, baik warna maupun goresan gambar pada kain batik memiliki makna tersirat yang menarik untuk diketahui.

Bagi orang Jawa, batik merupakan urat nadi dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk seni ini kemudian menjadi kebanggaan dan identitas lokal masyarakat sehingga hasil karyanya  banyak diminati oleh para pecinta batik baik domestik hingga mancanegara. Dewasa ini, sejumlah daerah memiliki identitas batik yang tercermin dari corak warna dan cara pembuatannya.

Di Dusun Sumberan Desa Tancep Kecamatan Ngawen memilik ciri khas Jati dan Belalang yang kemudian disebut motif Walang Sinanding Djati yang pembuatannya menggunakan pewarna alami. Berbeda lagi, di beberapa lokasi lainnya di wilayah lainnya berkembang motif Batik Bali, Batik Banyumas, Batik Malang, Batik Pekalongan, Batik Solo, Batik Tasik dan beragam jenis lainnya.

Batik Indonesia belum lama ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Materpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Mengulas tentang serba-serbi  batik, seni pewarnaan kain menggunakan malam sesuai corak ternyata sudah ditemukan di Mesir semenjak abad ke-4 SM. Awalnya ditemukan kain pembungkus mumi yang dilapisi oleh malam yang memiliki pola. Di masa berikutnya, di Asia, teknik serupa dengan batik juga diterapkan di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-907), dilanjutkan di beberapa daerah lainnya seperti India dan Jepang di masa Periode Nara (645-794).  Sementara di Afrika, teknik batik ditemukan oleh suku Yoruba di Nigeria dan Soninke serta Wolof di Senegal.

Untuk di Indonesia, batik diyakini sudah berkembang sejak jaman Majapahit dan popular di akhir abad XVIII atau awal abad XIX hingga abad XX. Batik cap atau batik printing muncul sebagai dari babak baru inovasi kain batik di Indonesia.

Beberapa pendapat mencuat tentang cikal bakal nama batik dan daerah Indonesia yang pertama melakukan teknik perwanaan batik menggunakan malam. Brandes yang merupakan arkeolog Belanda dan Sutjipto arkeolog asal Indonesia berpendapat, tradisi batik berasal dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Daerah-daerah tersebut bukan daerah yang dipengaruhi Hinduisme, dan diyakini memiliki tradisi kuno membatik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan, bahwa pola Gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri Jawa Timur. Dia menyimpulkan, bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.

Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajna Paramita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Seiring berkembangnya seni batik yang diiringi kerumitan serta ciri khas masing-masing daerah, sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.

Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.

_____________

Penulis: Maria Dwianjani, dari berbagai sumber.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar