Batik Tancep Gunungkidul Mampu Tembus Pasar Luar Negeri

oleh -
oleh
Salah satu produk batik tulis di sentra industri Batik Tancep, Ngawen Gunungkidul. Dok: KH.
iklan dprd
Salah satu produk batik tulis di sentra industri Batik Tancep, Ngawen Gunungkidul. Dok: KH.
Salah satu produk batik tulis di sentra industri Batik Tancep, Ngawen Gunungkidul. Dok: KH.

NGAWEN, (KH) — Gunungkidul memang menyimpan beribu pesona yang membanggakan. Tak hanya memiliki destinasi wisata yang kini menjadi pilihan para wisatawan, Gunungkidul juga memiliki industri kerajinan yang kini juga telah mendunia. Batik Tancep mungkin sebuah nama produkĀ  yang belum begitu populer di kalangan umum, namun di kalangan penggemar dan kolektor kain batik tulis, nama ini sesungguhnya sudah sangat dikenal.

Masyarakat umum khususnya Gunungkidul nampaknya baru mulai mengenal Batik Tancep, setelah versi printing dari sentra industri batik ini digunakan sebagai seragam Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemkab Gunungkidul.

Kendati lokasinya yang jauh dari pusat kota, sentra industri batik yang berada di Desa Tancep Kecamatan Ngawen ini berhasil menunjukkan eksistensinya. Berkat ketekunan dan kreativitas pengrajin batik setempat berhasil memproduksi jenis batik yang memiliki corak berbeda dari jenis batik lainnya. Corak khas produk Batik Tancep ini mendapat tanggapan positif dari pasar, khususnya pasar khusus pecinta dan kolektor batik tulis, sehingga produksi di sentra industri batik ini semakin bergeliat dan berkembang pesat. Kini untuk pemasarannya, para pengrajin di sentra batik ini sudah tidak meragukan serapan pasar. Sejumlah pesanan berdatangan dari berbagai kota hingga dari luar negeri.

Batik Tancep ini memang memiliki keunggulan, sehingga wajar apabila pesanannya sudah ada yang berasal dari kawasan Eropa. Beberapa keunggulan produksi sentra batik ini diantaranya coraknya yang khas, proses pembuatannya secara manual, dan bahan dasar pewarnaan yang berasal dari alam.

iklan golkar idul fitri 2024

Salah satu pengelola industri Batik Tancep Alleya Batik, Novita Pamungkas menjelaskan, beberapa motif yang dimiliki sentra industri Batik Tancep meliputi Gajah Birowo, Sekar Jagad, Galaran Perahu, Babon Angrem. Motif-motif tersebut pakemnya dikeluarkan oleh keraton.

Sementara, saat ditanya mengapa Batik Tancep diminati pasar luar negeri, Novita menjawab, bahan batik tersebut terbuat dari bahan khusus Primisima dan mori sanforized. Bahan-bahan tersebut mampu menjadikan kain batik terasa sejuk apabila digunakan, dan memiliki sifat tidak mudah pudar warnanya.

Novita memang tidak bersedia menjelaskan secara rinci berapa omset pasti yang diperoleh setiap bulan. Namun, ia menjelaskan, bahwa permintaan terus berdatangan dari dalam maupun luar negeri. Permintaan tersebut mencapai puncakanya saat masa-masa hari libur nasional.

“Bisa mencapai Rp 20 juta, namun itu juga tidak selalu. Dan itu naik saat libur nasional,” ucapnya Sabtu (09/08).

Ia menambahkan, saat ini ada sedikitnya ada tiga kelompok yang memproduksi batik. Masing-masing kelompok produksi menyerap tenaga kerja yang merupakan warga setempat. Tiga kelompok tersebut terdiri dari Daru Batik, Alleya Batik, dan Nur Giri Indah. Sementara ada dua kelompok yang ada di wilayah Kecamatan Gedangsari yang juga memproduksi batik jenis yang sama yakni Kalimosodo dan Cendana.

Novita menjelaskan di setiap kelompok biasanya beranggotakan 20 anggota yang bekerja memproduksi dari siang hingga sore hari. Untuk sentra industri kelompoknya, ia menjelaskan biasa memproduksi 20 hingga 30 lembar kain tulis setiap hari.

Untuk pemasaran, Novita menyebutkan, 50 % permintaan dalam daerah yang kebanyakan merupakan seragam identitas sekolah dan pembelian per biji kain untuk nantinya dijahitkan. Sementara sisanya diekspor ke luar negeri seperti Singapore.

Novita berharap permintaan pasar kain batik kian banyak di masa mendatang. Menurutnya, sentra industri yang telah ada saat ini telah dirasakan berdampak pada kesejahteraan warga setempat. Ada banyak warga yang menggantungkan diri dari usaha ini. Sementara, untuk terus memperbaiki kualitas, ia menyatakan akan terus menggenjot pengembangan sumber daya manusia, inovasi teknik dan penciptaan pola atau motif batik. (Maria Dwianjani).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar