Sejak Wonosari Belum Terbentuk, Tradisi ‘Midhangke’ Telah Berjalan

oleh -
Prosesi Pemidhangan di Pasar Kawak, Siraman, Wonosari. KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Tradisi Midhang; Midhangke, masih lestari, rutin dilaksanakan ketika hari Jum’at Pon tiba. Tradisi yang dilakukan atas terkabulnya atau tercapainya atas keinginan atau hajat seseorang ini dilangsungkan di Pasar Kawak, Padukuhan Seneng, Desa Siraman, Wonosari.

Pasar Kawak, sebuah kawasan yang konon merupakan cikal bakal Pasar Argosari ini memiliki legenda lawas sebelum Wonosari terbentuk. Darso, sesepuh warga setempat sekaligus tetua pelaku yang megantarkan atau menyampaikan permohonan saat ritual Midhang mengungkapkan, tradisi masih banyak diyakini sebagai penebus janji, nadhar yang dipanjatkan sebelumnya.

Sedikit mengulas riwayat berdasar cerita tutur, zaman dahulu Pasar Kawak selain sebagai tempat jual beli masyarakat, juga digunakan sebagai ritual tebusan atas permohonan yang makbul, yakni Midhang atau Midhangke. Selain dilangsungkan ritual Pemidhangan, hiburan pelengkap berupa reog dipentaskan sebagai hiburan bagi para pedagang dan pembeli yang hadir menyatu berkumpul di pasar.

“Misalnya, jika anak sembuh saya akan Midhangke di pasar kawak, jika anak berhasil lulus sekolah, atau terlepas dan selesainya dari suatu permasalahan, dan atau pengharapan-pengharapan lain yang terlontar disusul janji akan Midhangke,” tutur Kepala Padukuhan Seneng, Supriyadi, Jum’at Pon, (17/2/2017) kemarin di sela Pemidhangan warga Nglipar.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar