Perjuangan Triyana di Korea Tidak Sia-Sia

oleh -3332 Dilihat
oleh

PATUK, kabarhandayani— Bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) seringkali menjadi pilihan warga masyarakat karena terdesak kebutuhan hidup. Menjadi TKI sering kali menjadi satu-satunya pilihan untuk memperbaiki perekonomiannya.
Meskipun disebut sebagai pahlawan devisa negara, bekerja sebagai TKI penuh dengan resiko. Terkadang hasil dari menjadi TKI tidak sebanding dengan apa yang dirasakan. Pasalnya, bekerja di negara orang lain dan bekerja kepada orang lain merupakan untung-untungan.
Tidak sedikit ada TKI yang kembali ke tanah air dengan membawa pundi-pundi uang, dan mampu memanfaatkan penghasilannya untuk membuka usaha di tanah kelahirannya. Seperti halnya Triyana (34), warga Padukuhan Gunung Buthak Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk. Tidak hanya berfikir pada kepentingan pribadi, ia juga mengajak TKI Purna untuk membuka usaha dan menggali potensi wisata, khususnya di Desa Nglanggeran dan sekitarnya.
Atas usahanya, pria kelahiran 13 Oktober 1978 ini mendapatkan penghargaan TKI Award sebagai inspirator, dinamisatir serta motivator bagi masyarakat sekitar sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan TKI, keluarga, dan lingkungan sekitarnya dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini menjadi TKI sejak tahun 2000 hingga 2005. Triyana bekerja sebagai karyawarn pabrik speaker mobil di Korea Selatan dengan gaji sekitar 6-10 juta rupiah per bulannya.
“Dulu saya berkeinginan bekerja di Korea dengan alasan untuk mencari modal untuk membuat usaha. Waktu itu gaji saya masih 6 hingga 10 juta rupiah per bulannya. Kalau sekarang sudah sekitar 12-20 juta per bulannya,” jelasnya pada Rabu (17/9/2014).
Lanjut Triyana, meskipun dengan gaji yang bisa dibilang cukup besar dibandingkan dengan gaji bekerja di Indonesia, menjadi TKI berat dan penuh resiko. Pasalnya, bekerja diluar negeri harus serba disiplin.
“Disana masuk kerja harus tepat, molor sedikit kena marah bahkan bisa dikeluarkan dari pekerjaan, ada shift bekerja semalam suntuk, terkadang hari libur tetap bekerja dan harus beradaptasi dengan musim yang ada disana. Betul-betul harus jaga kondisi tubuh agar tetap fit apalagi pas musim dingin agar tidak sakit,” ungkapnya mengenang beratnya bekerja sebagai TKI.
Meskipun begitu, Triyana tetap bekerja dengan semangat demi impiannya untuk mengumpulkan pundi-pundi guna membangun usaha. Meskipun pekerjaannya berat dan membutuhkan fisik yang kuat, ia bersyukur dan merasa beruntung dengan pekerjaan yang digelutinya. Tak jarang ada beberapa kasus TKI yang kurang beruntung dan mendapatkan majikan yang tidak baik sehingga bukan uang yang diperoleh saat bekerja melainkan siksaan.
Triyana berharap, BNP2TKI dapat memberikan pendampingan agar para TKI Purna tidak salah dalam mengelola uang sehingga bisa menciptakan usaha produktif. Pada intinya untuk kesejahteraan keluarga mereka dan tidak perlu kembali ke luar negeri lagi. “Mari para TKI Purna untuk membuat paguyuban-paguyuban sehingga kita bisa saling berbagi pengalaman dan dapat menjadi sarana silaturahmi antar TKI Purna. Dan para calon TKI semoga berhasil dan dapat pulang ke tanah air dengan hasil yang bermanfaat untuk keluarga dan lingkungan sekitarnya,” harapnya. (Mutiya/Jjw).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar