
WONOSARI, (KH)— Merujuk data yang dimiliki Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, jumlah penderita HIV dan AIDS cukup banyak. Hingga awal Desember ini terdapat setidaknya ada 238 warga terserang virus HIV dan 150 dinyatakan positif menderita AIDS.
Untuk diketahui penyakit AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Cukup memprihatinkan, berdasar penelusuran Dinkes, sebagian besar penderita atau penular penyakit merupakan perantau Gunungkidul yang pulang dari kota-kota besar. Ditengarai mereka melakukan perilaku seks menyimpang atau sering ganti-ganti pasangan saat berada di perantauan.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Suharyanta, SKM mengungkapkan, saat perantau pulang, kemungkinan mereka tidak sadar sudah tertular virus penyakit yang belum ditemukan obatnya ini, sehingga menularkannya kepada istri melalui hubungan badan.
“Kenyataannya demikian, sebagian besar penderita adalah perantau dengan riwayat aktivitas seks ganti-ganti pasangan. Mungkin yang dihadapi karena durasi lama diperantauan, jauh dengan istri, lantas ada lingkungan atau komunitas pemicu, seperti lokalisasi misalnya,” tandas Suharyanta, Kamis, (2/12/2016).
Sambung dia, walapaun tidak bisa sembuh namun pihaknya menganjurkan kepada penderita untuk patuh pada anjuran dokter dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita. Tindakan yang biasa dilakukan untuk menekan virus tersebut dengan rutin meminum obat.
“Tidak boleh lagi ganti-ganti pasangan dan gantian suntik penggunaan narkotika, karena penyakit ini akan tertular melalui cairan tubuh berupa sperma, cairan kelamin perempuan dan juga darah,”.
Saat ditanya apakah penderita boleh berhubungan badan dengan istrinya, ia menjawab memperbolehkan, asal penderita secara rutin minun obat serta bagi laki-laki wajib menggunakan kondom.
Belum lama ini Dinkes secara ketat mulai melakukan antisipasi penyebaran virus berbahaya tersebut, salah satu cara yang ditempuh yakni dengan menscreening semua ibu hamil. Mereka diperiksa untuk mengetahui apakah yang bersangkutan mengidap atau tidak, jika positif tertular maka dilanjutkan pemeriksaan dari mana asalnya, dan seterusnya.
Ia juga menghimbau kepada lingkungan penderita untuk tidak bersikap ekstrim dengan dalih antisipasi agar tidak tertular. Penderita justru dirangkul dan diberi motivasi untuk patuh terhadap arahan dokter. Keluarga juga tidak perlu menjauhi, dan melakukan tindakan-tindakan yang secara tidak langsung menyudutkan penderita, seperti; pemberian kamar mandi khusus, alat makan dan minum disendirikan, dan lain sebagainya.
“Keringat tidak menularkan, atau terkena air ludah pun juga tidak. Hanya cairan sperma dan kelamin serta darah saja,” tandas Suharyanta lagi. (Kandar)