TEPUS, (KH)—Ketersediaan air bersih bagi sebagian warga di Gunungkidul masih menjadi masalah tersendiri yang perlu terus digali untuk dicari solusinya. Sepertihalnya di Desa Purwodadi Tepus, beberapa padukuhan di wilayah ini warga masih tergantung dengan air hujan yang berada di bak Penampungan Air Hujan (PAH).
Kabag Pembangunan Desa Purwodadi Suroyo SSos mengatakan, ketika persediaan air di bak habis, selain mengandalkan bantuan dropping air dari Pemkab maupun swasta, praktis warga akan membeli air tangki sebagai solusi pemenuhan air.
Tidak adanya saluran PDAM dan tidak memungkinkannya pembuatan sumur bor, sehingga beberapa cara lain ditempuh, seperti yang dilakukan kelompok kreatif Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mereka berencana merubah air laut menjadi air tawar sehingga dapat dimanfaatkan dengan menerapkan teknik destilasi.
Salah satu mahasiswa, Doni Bowo Nugroho menjelaskan, teknik tersebut merupakan teknologi rekayasa siklus air. Dengan menggunakan beberapa alat, pengubah air laut ini akan memanfaatkan energi matahari.
“Secara singkat sedikit saya jelaskan, air akan diuapkan, kemudian uap akan ditangkap oleh piranti uap lalu disalurkan ke pipa kemudian ditampung ke tabung besar, air tersebut sudah menjadi tawar,” jelasnya, Sabtu, (11/4/2015).
Mahasiswa semester 8 ini menambahkan, kegiatan tersebut akan berlangsung mulai April ini hingga Juni mendatang. Sementara apa yang dilakukan masih dalam skala kecil saja. Jika nanti pada tahap evaluasi dinilai berhasil serta memungkinkan ditindaklanjuti, maka akan disampaikan ke Menristek atau bidang pembangunan Pemda Gunungkidul untuk mendapatkan langkah tindak lanjut.
Pemdes Purwodadi menyambut baik adanya kegiatan tersebut, upaya dukungan dan swadaya masyarakat secara maksimal akan diberikan. “Tadi sudah dibentuk kelompok warga di Padukuhan Luwengombo. Wilayah terdekat dengan lokasi kegiatan di Pantai Timang, semoga upaya ini membuahkan hasil, masyarakat terbebas masalah air saat kemarau nanti,” harap Suroyo. (Kandar)