
KARANGMOJO, (KH)— Jangan melupakan sejarah. Itulah pesan utama yang ingin disampaikan Komunitas Indonesia Bisa melalui kegiatan Pemuda Melek Sejarah (PMS) dalam rangka memperingati peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul pada Minggu (12/03/2017).
Hadir dalam pembukaan acara Purwanto, ST (DPRD GK), Legion Veteran Republik Indonesia (LVRI) cabang Gunungkidul, Dandim Kodim 0730 GK, Letkol Inf Muh.Taufik Hanif, Danramil 07/Karangmojo, Lettu Inf Redani, Sekcam Karangmojo, Rakhmadian Wijayanto, dan Yanto selaku Kepala Desa Bejiharjo, serta Komunitas Djogjakarta 45.
Wisnu Dwi Atmojo, ketua penyelenggara mengatakan, momentum ini sebagai ajakan kepada pemuda untuk mengenang dan menghargai sejarah bangsa Indonesia di era modern seperti sekarang ini.
Banyak dukungan dan apresiasi mengalir untuk kegiatan ini. Letkol Inf Muh. Taufik Hanif mengapresiasi kegiatan positif ini dalam memperingati Serangan Umum 1 Maret, dimana waktu itu TNI berhasil menduduki Jogja selama 6 jam dan disiarkan melalui radio di Playen.
Ia menjelaskan, bahwa perang saat ini melibatkan pihak ketiga karena menghadapi musuh-musuh yang tidak bersenjata, contohnya narkoba. “Narkoba merusak generasi muda, kalau pemuda hancur maka sangat mudah menghancurkan negara,” tandasnya.
Ia berpesan agar kaum muda jangan mudah terhasut agar tidak terpecah belah karena pemuda adalah tulang punggung bangsa. “Harapan kami, kegiatan seperti ini akan terus dilestarikan guna memupuk rasa persatuan dan kesatuan,” harapnya.
Aksi tersebut diawali dengan melakukan Long March oleh ratusan peserta PMS dengan start Kompleks Balai Desa Bejiharjo dan finish di Monumen Jendral Sudirman di Kawasan Wisata Goa Pindul, Gelaran I, Desa Bejiharjo. Selama perjalanan peserta yang dibekali kantong plastik ini turut membersihkan jalan dengan memungut sampah.
Sesampainya di Monumen Jendral Sudirman peserta melakukan kerja bakti membersihkan jalur masuk dan kawasan monument. Lalu dilanjutkan ishoma. Dilengkapi pula dengan panggung hiburan dalam dua sesi hingga malam hari.
Djogjakarta 45 mengisi panggung hiburan dengan treatrikal sejarah perjuangan 1 Maret pada sesi pertama. Dan pada sesi kedua diisi dengan dongeng sejarah oleh Kang Acep dari Yogyakarta.
Acara tersebut ditutup dengan pembagian doorprize kepada peserta dongeng. Meski dimasukkan dalam daftar agenda, pemutaran film dokumenter perjuangan Jendral Sudirman urung dilaksanakan, karena selain peserta yang sedikit, disamping itu kondisi cuaca juga sedikit hujan. (Sugeng)