Kemarau, Warga Mulai Beli Air Tangki

oleh -4463 Dilihat
oleh
Warga menunggu sisa air yang tertahan di selang setelah dialirkan dari tangki ke bak tampungan air. KH/ Kandar
Warga menunggu sisa air yang tertahan di selang setelah dialirkan dari tangki ke bak tampungan air. KH/ Kandar
Warga menunggu sisa air yang tertahan di selang setelah dialirkan dari tangki ke bak tampungan air. KH/ Kandar

TEPUS, (KH)— Seperti tahun-tahun sebelumnya, zona selatan Gunungkidul yang belum terjangkau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) baik dari sumber Bribin maupun Baron masih berlangganan membeli air tangki untuk mencukupi kebutuhan konsumsi air.

Seperti warga di Padukuhan Trosari, Desa Tepus, Kecamatan Tepus ini, ia membeli air tangki kali ini sudah yang ke-dua kalinya. Paeno mengungkapkan, karena jumlah keluarganya tergolong banyak maka air sebanyak 5000-an liter setiap kali beli itu hanya mampu bertahan selama 2 mingguan.

“Setiap beli satu tangki Rp. 110 ribu. Jika jumlah keluarga sedikit, selain itu tidak mempunyai hewan ternak tampungan air di bak Penampungan Air Hujan (PAH) lebih awet, mampu bertahan hingga 3 minguan,” kata Paeno.

Sambung dia, apabila kemarau terjadi hingga 6 bulan, maka untuk mencukupi kebutuhan air keluarganya ia membutuhkan 15 hingga 16 tangki. Dia mengaku problem ketersediaan air di wilayahnya sudah biasa ia hadapi setiap datang musim kemarau.

Sementara itu, penjual air tangki swasta di wilayah Tepus, Kusmadi mengaku pesanan air mulai ramai. Dalam sehari ia mengirim air sebanyak 7 kali air tangki yang diambil dari sumber air Mendolo di wilayah Desa Purwodadi, Tepus.

Dihubungi terpisah, Camat Tepus, Sukamto menginformasikan, jumlah anggaran droping air diwilayahnya mencapai Rp. 113 juta. Ia sampaikan, uang tersebut untuk kebutuhan pembelian air, operasional dan pembelian suku cadang.

“Kita siapkan 415 tangki untuk 3 desa di Kecamatan Tepus meliputi Tepus, Sidoharjo dan Purwodadi. Untuk Desa Sumberwungu dan Giripanggung mendapat droping dari Dinsosnakertrans. Bulan September depan mulai dropping,” urai dia. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar