Jamur Janggel Jagung: Sebuah Alternatif Usaha Modal Minimal Hasil Menjanjikan

oleh -3117 Dilihat
oleh
Jamur Janggel Jagung
Jamur Janggel Jagung

Heru Winarto (46 tahun), bapak 3 anak yang tinggal di Dusun Tanjung Kalurahan Bleberan Kapenewon Playen, 3 bulan yang lalu memulai usaha budidaya jamur janggel jagung. Awal dia memulai usaha ini bermula dari sebuah pemikirannya sendiri tentang usaha pertanian apa yang bisa dilakukan di masa-masa pandemi. Beberapa pertimbangannya, usaha pertanian yang akan dilakukan pada nantinya bermodal minimal, waktu panen yang pendek, tetapi bisa kontinyu dan hasilnya pun lumayan.

Setelah belajar ke sana ke sini dan banyak browsing di internet, maka pria yang akrab dipanggil Heru ini memutuskan untuk membudidayakan jamur janggel jagung. Kebetulan waktu itu para petani di desanya baru saja panen jagung. Janggel jagung melimpah. Biasanya janggel jagung cuma dibuang begitu saja oleh para petani, atau hanya digunakan untuk kayu bakar.

Heru sedang menyiapkan bedengan jamur janggel jagung. Foto:Padmo
Heru Winarto sedang menyiapkan bedengan jamur janggel jagung. Foto:Padmo

Setelah mendapat bahan baku, Heru memutuskan untuk memulai usaha jamur janggel jagung dengan memanfaatkan tutorial dari internet. Heru menerangkan, “Awalnya saya merasa gagal, karena bedengan janggel jagung yang saya buat dalam kurun waktu seminggu lebih tidak juga ada tanda-tanda tumbuhnya misilium (bibit jamur). Tapi saya tidak menyerah. Saya membuat bedengan lagi, dengan mencoba mengkolaborasikan teknik-teknik yang saya dapat dari internet. Dan Alhamdulillah, bedengan ke dua berhasil.”

Jamur janggel jagung pada bedengan sudah mulai tumbuh. Foto:Padmo
Jamur janggel jagung pada bedengan sudah mulai tumbuh. Foto:Padmo

Kini ada 5 bedengan yang telah dibuat oleh Heru. Setiap bedeng ia rencanakan memiliki waktu panen yang berkala. Ia berharap panen jamur janggel jagung miliknya bisa kontinyu. “Untuk saat ini, permintaan jamur masih saja kurang. Saya belum bisa memenuhi kebutuhan pasar,” ujarnya di sela-sela kesibukannya membuat bedengan jamur baru. “Saya jual di pengepul seharga 27 ribu per kilo, dan berapapun saya setor selalu terjual,” imbuhnya dengan semangat tinggi. Kepada Kabar Handayani, Heru dengan senang hati berbagi ilmunya tentang budidaya jamur janggel jagung. “Saya termasuk salah satu dari jutaan korban kelesuan ekonomi karena efek pandemi Corona. Dulu saya bekerja di pabrik, dan karena keadaan seperti ini, saya dirumahkan. Sementara kebutuhan hidup harus terus dicukupi,” tegasnya dengan senyum getir.

Jamur Janggel Jagung. Foto:Padmo
“Jamur Janggel Jagung”. Foto:Padmo

Dari uraian yang diutarakan Heru, maka di bawah ini beberapa hal yang bisa Kabar Handayani tuliskan tentang tata-cara budidaya jamur janggel jagung:

  1. Siapkan bedengan 1 X 5 meter, berikan rangka tepi dengan tinggi sekitar 50cm!
  2. Berikan alas bawah atau dasaran berupa karung goni yang bagus untuk menjaga kelembaban, atau bisa berupa tanah langsung!
  3. Sebar janggel jagung dengan estimasi: luasan bedengan 1×5 meter membutuhkan 5 karung janggel jagung, sebar separuhnya!
  4. Taburi tebaran janggel jagung dengan bahan ramuan campuran katul, urea, dan ragi (ditumbuk halus), lalu siram dengan air kurang lebih 10 liter!
  5. Sebar lagi janggel jagung di atasnya, lalu taburi atasnya dengan campuran yang sama (katul, urea, ragi [KUR]), kemudian siram lagi!
  6. Tutup bedengan dengan mulsa plastik, kemudian tiap pagi dan sore hari disirami air!

Jika tatacara budidaya jamur janggel jagung seperti di atas sudah benar, maka dalam 4 hari akan mulai tumbuh bercak-bercak putih misilium (bibit jamur). Dalam waktu 7 hari jamur sudah mulai bisa dipanen.  Panen dapat dilakukan tiap pagi dan sore hari. Tiap-tiap bedeng bisa bertahan selama 1 bulan masa panen. Untuk hasilnya, dengan estimasi bedengan 1×5 meter, sehari pembudidaya bisa panen 2 kilogram jamur, dengan harga jual pengepul 27 ribu rupiah.

(KH/Edi Padmo)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar