TANJUNGSARI, (KH)— Saat ini dirasa aman, Festival Kathok Abang sebagai wujud syukur warga Padukuhan Kelor Kidul, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari dalam melindungi kawasan Pantai Watu Kodok dari upaya pendudukan Investor, demikian disampaikan Tupar, wakil ketua koordinator acara tersebut.
Dengan bangga ia menyebutkan, perjuangan bersama warga yang dilakukan kurang lebih selama setahun ini telah mampu menghalau investor yang mau merebut tanah SG. Mendijadikannya industri wisata berskala besar seperti penginapan atau hotel, dan lainnya.
Kathok Abang (Celana merah), simbol masyarakat berpendidikan rendah (lulusan SD), merupakan sebutan sinis kepada warga sekitar pantai oleh calon investor. Dengan latar belakang tersebut, ujar Tupar, semula mereka diremehkan tak dapat mempertahankan Pantai Watu Kodok.
“Ini peringatan perjuangan kami selama ini, meski berpendidikan rendah dengan segala daya upaya kami menolak investor yang akan menempati Pantai Watu Kodok,” Tandas Tupar, Rabu, (25/5/2016).
Pada kegiatan tersebut, berbagai rangkaian acara digelar, diantaranya Upacara Bendera, Kenduri, Bersih Pantai, Gelaran Pangan lokal, Pembukaan serta renungan perjuangan warga , Panggung Kesenian, Lapak kreatif dan lainnya.
Pantai Watukodok, terang Tupar, bukan hanya habitat bagi keanekaragaman hayati, tetapi juga sumber perekonomian bagi warga di tiga padukuhan. Warga selama ini dengan potensi yang ada mampu memanfaatkan sekaligus merawat kelestariannya.
“Festival ini adalah salah satu upaya warga bersama para pihak yang peduli untuk mempertahankan hak serta menghindarkan pantai Watukodok dari kerusakan lingkungan,” kata Tupar lagi.
Pada pelaksanaan upacara bendera, puluhan warga berseragam SD antusias mengikutinya. Meski tak lagi muda mereka percaya diri mengenakan seragam celana merah dan baju putih itu, seakan menunjukkan kepada investor, pendidikan rendah bukan halangan untuk berjuang mempertahankan apa yang dianggapnya hak itu. (Kandar)