800-an Sapi di Gunungkidul Suspek PMK, DPKH Lakukan Penanganan

oleh -815 Dilihat
oleh
Penanganan sapi suspek PMK. (dok. DPKH Gunungkidul)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Hewan ternak sapi di Gunungkidul yang masuk kategori suspek Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) jumlahnya cukup banyak. Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul menunjukkan, hingga 5 Januari 2025 jumlah sapi suspek PMK menyentuh 800-an ekor.

Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengungkap, jumlah sapi mati dengan status suspek PMK juga cukup banyak. Dari laporan yang masuk, jumlah sapi mati suspek PMK mencapai 45 ekor.

Dia tidak memungkiri, sapi mati yang suspek PMK namun tidak dilaporkan ditengarai cukup banyak. Masyarakat enggan melapor ke DPKH karena sebagian diperjual-belikan.

Pihaknya meyayangkan tindakan warga yang memperjual-belikan sapi sakit ataupun bahkan sudah mati. Sebab, tindakan itu sangat berisiko memperluas terjadinya wabah.

“Kasus terbanyak terjadi di Kapanewon Karangmojo, di sana ada 478 kasus, 6 ekor diantaranya mati,” tutur Wibawanti.

Dalam rangka untuk mengatasi PMK, DPKH Gunungkidul telah melaksanakan langkah-langkah berikut, seperti pengobatan pada ternak yang sudah terindikasi PMK, desinfeksi kandang dan lingkungan sekitar untuk meminimalisir penyebaran virus, penguburan bangkai hewan yang mati akibat PMK sesuai prosedur dan pemeriksaan sampel untuk analisis lebih lanjut.

DPKH juga memberikan penyuntikan vitamin pada ternak di sekitar lokasi kasus untuk meningkatkan daya tahan tubuh, edukasi masyarakat mengenai langkah penanganan dan pencegahan PMK, pembatasan lalu lintas ternak di lokasi terdampak serta rencana vaksinasi massal segera setelah vaksin tersedia.

Untuk mendukung keberhasilan penanganan PMK, DPKH juga meminta peternak menerapkan prinsip Bio Safety dan Bio Security secara ketat. Langkah ini mencakup penerapan prosedur kebersihan yang ketat di peternakan, pembatasan akses ke area ternak yang terdampak dan pengawasan ketat terhadap lalu lintas hewan ternak guna mencegah penyebaran virus.

“Pendekatan Bio Safety bertujuan melindungi ternak dari risiko infeksi, sedangkan Bio Security memastikan pengendalian ketat terhadap faktor-faktor yang dapat membawa penyakit ke dalam maupun keluar wilayah terdampak,” jelas Wibawanti.

Dirinya berharap seluruh pihak diharapkan berperan aktif menjaga kesehatan hewan ternak dan mengikuti arahan serta edukasi yang telah diberikan. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar