Upacara Nyadran Gedong Pulungsari Tahun Ini “Climen”

oleh -
oleh
Juru Kunci Pesanggrahan Gedong Pulungsari, Kahono, sedang memimpin Upacara Nyadran Gedong Pulungsari Tahun 2020 yang berlangsung "climen"
Juru Kunci Pesanggrahan Gedong Pulungsari, Kahono, sedang memimpin Upacara Nyadran Gedong Pulungsari Tahun 2020 yang berlangsung "climen"
iklan dprd

SEMIN, (KH), — “Kula sarencang namung nekseni, dene Eyang Sudarminah Den Bagus Sumadi ingkang nampi, mugi-mugi menapa ta ingkang dados niyat tujuwan Panjenengan saged kaleksanan lan mugi-mugi dipuntambahana kesaenan dening Gusti Ingkang Akarya Jagad,” begini jawaban yang disampaikan oleh wakil Juru Kunci Pesanggrahan Gedong Pulungsari sebagai saksi atas ikrar nyadran yang diucapkan oleh seorang penyadran. Pagi itu, Senin 3 Agustus 2020 yaitu pada pasaran Senen Legi bulan Besar, kira-kira pukul 08.00 beberapa penyadran masih tampak berujar nyadran di hadapan para pembantu juru kunci pesanggrahan yang bertugas menerima kata-kata dari para penyadran ini. Beberapa penyadran yang telah selesai mengungkapkan niat hati (nazar), keresahan hati, atau hutang kata-katanya di waktu-waktu yang lalu di hadapan eyang yang bersemayam di pesanggrahan berkumpul di dekat pintu pagar dimana syarat-sarana ayam panggang yang mereka bawa dibagi separuh, yang separuh dibawa pulang sebagai berkat dan yang separuh disodaqohkan sebagai hidangan kepada warga lain atau pengunjung upacara.

Wiwara masuk ke Pesanggrahan Gedong Pulungsari.Foto:NR
Wiwara masuk ke Pesanggrahan Gedong Pulungsari. [Foto:NR]
Upacara Nyadran Gedong Pulungsari yang dilaksanakan oleh keluarga besar Paguyuban Cempaka Mulya di Dusun Sedono Desa Pundungsari Kapenewon Semin pada Senen Legi 3 Agustus 2020 itu memang berlangsung climen atau sederhana. Jauh berbeda dengan pelaksanaan upacara nyadran pada tahun sebelumnya, prosesi nyadran tahun ini hanya diawali mlampah ke pesanggrahan yang berada di atas gunung oleh juru kunci beserta rombongan keluarga dan diakhiri ikrar nyadran serta makan bersama yang sepi pengunjung. Namun beberapa tamu undangan seperti Lurah Pundungsari dan para pamong budaya Kabupaten Gunungkidul tetap hadir dan melaksanakan protokol kesehatan yang diberlakukan. Bahkan ubarampe (syarat-sarana) upacara seperti gunungan rajapala, gunungan panggang ayam, dan gunungan sega tidak diadakan. Ngalap berkah dalam prosesi rebutan gunungan pun tak ada.

Dedi Susilo, Pendamping Desa Budaya.Foto:NR
Dedi Susilo, Pendamping Desa Budaya. [Foto:NR]
Pelaksanaan Nyadran Gedong Pulungsari tahun ini yang climen memang karena pertimbangan kondisi masyarakat Pundungsari secara umum juga sedang merasakan imbas pandemi. Dedi Susilo, Pamong Budaya Desa Pundungsari Kapenewon Semin, menerangkan bahwa masyarakat Dusun Sedono khususnya dan Pundungsari umumnya masih menyimpan keprihatinan mengenai pandemi Covid yang mereka rasakan. Banyak hal di tata kehidupan masyarakat desa yang harus disederhanakan. Ia bersama dengan juru kunci dan beberapa tokoh masyarakat kemudian memutuskan melaksanakan upacara nyadran dengan format sederhana pula. Namun jumlah penyadran perseorangan atau kelompok, yaitu para penyadran yang melakukan ikrar nyadran bukan bersamaan dengan prosesi upacara, menurut pengamatan Dedi Susilo justru bertambah banyak dibanding pelaksanaan tahun lalu. Sejak sehari sebelumnya, yaitu Minggu 2 Agustus 2020 hingga senin pagi 3 Agustus 2020, para penyadran perseorangan maupun kelompok dari Kutugan, Tlingsing, Dondong, atau dari Semin dan wilayah lain yang naik ke Gedong Pulungsari untuk melaksanakan nyadran hilir-mudik silih-berganti. Ia menengarai peningkatan jumlah penyadran perseorangan tahun ini karena banyak masyarakat memiliki permasalahan dalam kehidupan mereka, kemungkinan besar terimbas efek pandemi ini. Permasalahan-permasalahan oleh para penyadran diniatkan atau diikrarkan di hadapan Eyang Sumadi dan Eyang Sudarminah dengan membawa syarat panggang ayam dan abon-abon, berdoa agar luwar saka bebaya (terjauhkan dari mara bahaya) dan berharap akan datangnya kesehatan, keselamatan, dan kemakmuran.

Para Pangombyong.Foto:NR
Para Pangombyong Nyadran Gedong Pulungsari, Senen Legi Wulan Besar Tahun 2020. [Foto:NR]
Juru Kunci Pesanggrahan Gedong Pulungsari, Kahono, dalam prosesi yang climen itu menyampaikan puji syukur kehadirat Tuhan karena meskipun dalam kondisi terkena wabah Covid masyarakat Sedono dan sekitarnya masih bisa melaksanakan Upacara Nyadran di Pesarean Eyang Sumadi dan Eyang Sudarminah, yaitu putra-putri Sultan Hamengkubuwono II nomor 53 dan 59. Kahono menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada sanak saudara dan tamu undangan yang berkenan hadir karena masih mau melestarikan adat tradisi nyadran. Ia mengajak para pemuda khususnya pemuda Pundungsari (Cah Gedong Pulungsari: CGP) agar selalu nglestantunaken (melestarikan) dan nguri-uri (menjaga) adat tradisi yang sudah turun-temurun hidup di wilayahnya. Jangan sampai semangat para pemuda menjaga tradisi kalah dengan kegiatan-kegiatan yang jauh dari ajaran leluhurnya sendiri. Juru Kunci Kahono juga memohon bimbingan dan tuntunan kepada para sesepuh agar tak lelah mendampingi para pemuda dalam menjaga tradisi Nyadran Gedong Pulungsari sehingga bisa lestari sampai ke anak-cucu kelak bahkan hingga puputing jaman (akhir jaman). Meskipun prosesi upacara nyadran tahun ini sangat sederhana, namun Kahono memohonkan doa kehadirat Tuhan agar para warga senantiasa diberi kesehatan, keselamatan, serta rejeki, semua warga hanya sumendhe (berserah) kepada kekuasaan Tuhan melalui leluhur yang bersemayam di Gedong Pulungsari. “Mugi-mugi Gusti nebihaken virus Corona ingkang taksih wonten ing donya menika, ampun ngantos saged nyasag dhateng putra wayah sarta sedaya warga ing pundi kemawon mliginipun ingkang ngleksanakaken adat tradisi nyadran ing wekdal menika. Mugi-mugi para putra wayah kadang-sentana-Dalem ingkang taksih nglestantunaken adat tradisi budaya tinebihaken saking godha-sengkala saru-siku suker-sakit kacelakna ing karejeken, karahayon, kawilujengan, saha kamukten wonten ing alam rame punika,” begini penggalan doa Juru Kunci Kahono dalam tempo yang agak cepat.

iklan golkar idul fitri 2024

Seorang warga sedang berikrar nyadran disaksikan wakil juru kunci pesanggrahan. [Foto:NR]
Seorang warga sedang berikrar nyadran disaksikan wakil juru kunci pesanggrahan. [Foto:NR]
Tak selang berapa lama setelah doa dan harapan Juru Kunci Kahono selesai, kajad doa permohonan Upacara Nyadran Gedong Pulungsari tahun ini diikrarkan oleh sesepuh Sedono, yang memohonkan kepada Tuhan agar semua warga diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala penyakit. “Niyat tujuwanipun warga saking pundi kemawon ingkang sami rawuh ing riki sageda dipuntampi dening Eyang Sudarminah lan Eyang Sumadi , inggih kanthi bancakan kaki among nini among ingkang ngemong warga ingkang sami rawuh ing riki sedaya mawon sakulawarganipun mugi-mugi dipunayomana lan dipuntebihna saking godha-rubeda, sedaya manggih katentreman, kasaenan, gangsar ngupadi rejeki ngaler-ngidul ngetan-ngilen. Mbok menawi wonten sedya ingkang ala, Eyang Sumadi lan Eyang Sudarminah sageda ndayani nyingsihaken sedaya rubeda. Gandheng menika wonten ing jaman hera-heru, sedaya penyakit ampun ngantos nerak nrajang dhateng para kawula, sedaya rubeda sinisihna ingkang tebih . . . ., “ dan seterusnya seorang sesepuh Sedono menyelesaikan doa permohonan hajat nyadran.

Di kesempatan berikutnya, Lurah Desa Pundungsari yang baru, Bapak Tumin, dalam pelaksanaan nyadran tahun ini mengharapkan, “Mugi-mugi kita sedaya ingkang nggadhahi gegayuhan saged kaleksanan saged kaijabah dening kersanipun Allah. Lan wonten ing pepanggihan menika kita saged ndedonga ing riki lan saged kalampahan ingkang dipun-gayuh.” Selain doa-pengharapan itu Pak Lurah mengajak kepada warga Pundungsari semuanya bagaimana untuk berfikir dan bekerja bersama demi kemajuan dan kebahagiaan seluruh warga serta ketentraman wilayah Pundungsari.

Setelah diikrarkan di hadapan pesarean Eyang Sumadi dan Eyang Sudarminah dan disaksikan oleh juru kunci atau yang mewakili, para penyadran membawa syarat-sarana
Setelah diikrarkan di hadapan pesarean Eyang Sumadi dan Eyang Sudarminah dan disaksikan oleh juru kunci atau yang mewakili, para penyadran membawa syarat-sarana “panggang ayam” di luar pagar pesarean untuk dibagi menjadi dua: satu untuk berkat yang dibawa pulang, satu untuk sodaqoh. [Foto:NR]
Seperti pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Gedong Pulungsari bahwa upacara atau ritual nyadran di Pesanggrahan Gedong Pulungsari merupakan upacara ngluwari punagi atau melunasi hutang kata-kata yang telah diniatkan oleh seseorang atau keluarga kemudian mengikrarkannya di hadapan leluhur yang bersemayam di kawasan hutan Gedong Pulungsari yaitu Eyang Sumadi dan Eyang Sudarminah, serta disaksikan oleh juru kunci atau yang mewakili. Tentu saja para penyadran menghaturkan dan menujukan doa permohonannya kepada Tuhan Maha Pencipta dan Penjaga Kehidupan. Diceritakan ulang oleh Juru Kunci Pesanggrahan Gedong Pulungsari, Kahono, bahwa waktu mengembara dan tinggal di hutan sekitar Gedong Pulungsari, Eyang Sumadi dan Eyang Sudarminah yang waktu itu masih berumur tigabelas dan sembilan tahun harus hidup prihatin dengan hanya memakan buah sengganen dan legundi. Beliau berdua harus hidup mandiri jauh dari kedua orang tuanya dan dari kehidupan di Kraton Yogyakarta karena terimbas peperangan.

Nyadran: Mengirim doa; Meminta berkah. [Foto:NR]
Nyadran: Mengirim doa; Meminta berkah. [Foto:NR]
Di akhir prosesi, cerita kesederhanaan dan keprihatinan hidup Eyang Sumadi dan Eyang Sudarminah kala mengembara terlunta-lunta dari Kraton Yogyakarta hingga memeroleh pulung (pencerahan) lantas sumare (bersemayam) di Gedong Pulungsari diharapkan oleh Juru Kunci Kahono dapat dijadikan sauri-tauladan bagi masyarakat Pundungsari khususnya dan Semin pada umumnya bahkan masyarakat Gunungkidul lebih luas lagi. Juru Kunci Kahono berpesan agar masyarakat melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan leluhurnya itu dalam kehidupan sehari-hari. [NR]

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar