Nyadran Sendang Tunjungsari, Tradisi Berabad Lalu yang Masih Dilestarikan

oleh -4142 Dilihat
oleh
Nyadran
Pelaksanaan ritual Nyadran Sendang Tunjungsari. (KH/ Kandar)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Puluhan ayam ingkung, nasi uduk dan tumpeng beserta menu pelengkap olahan tradisional dibagikan secara merata kepada warga yang hadir di Sendang Tunjungsari. Pembagian menu khas hasil bumi tersebut merupakan rangkaian Nyadran Sendang Tunjungsari yang diselenggarakan warga Nglebak, Katongan, Nglipar, Gunungkidul.

Mulanya, warga setempat memulai rangkaian Nyadran dengan membersihkan area sendang bersama-sama. Pada waktu yang disepakati, warga lantas membawa ayam ingkung dan olahan pelengkap yang lain ke kawasan sendang.

Modin kemudian memimpin rangkaian ritual, diantaranya kenduri dan do’a.

Warga sekitar begitu khidmat mengikuti. Sejumlah tokoh masyarakat pun ikut hadir.

Tokoh masyarakat, Sumardi Purwowarsito mengungkapkan, Nyadran memuat berbagai tujuan. Antara lain merupakan bentuk syukur atas nikmat hidup seperti hasil panen usaha pertanian. Pun demikian juga menjadi ungkapan terimakasih atas keberadan air sendang.

Pada masa lampau, sendang merupakan sumber air utama warga sekitar. Air dimanfaatkan utamanya untuk kebutuhan hidup masyarakat.

Kata Sumardi, leluhur mereka kemudian menggelar ritual adat tradisi tersebut. Lantas terwariskan hingga kini.

Nyadran
Nyadran di Sendang Tunjungsari. (KH/ Kandar)

“Sudah dilaksanakan sejak berabad-abad lalu. Di dalamnya juga memuat do’a dan harapan agar warga dimudahkan menggapai segala hal yang baik. Sepertihalnya kegiatan bertani,” ungkapnya, Senin, (12/6/2023).

Membuat olahan ayam ingkung merupakan kesadaran. Warga sekitar sendang yang bersedia dan mampu akan membuatnya. Olahan tersebut kemudian dibagi-bagi dibungkus daun jati. Setiap yang hadir akan mendapat bagian.

“Adat tradisi ini dilaksanakan sekali dan setahun. Ini pengingat pula agar kita mencintai dalam dan lingkungan,” terang Sumardi.

Lanjutnya, lingkungan yang senantiasa dirawat akan mendatangkan banyak manfaat. Sebaliknya, yang dibiarkan rusak atau sengaja dieksploitasi akan mendatangkan musibah dan bencana.

Dia menegaskan, adat tradisi akan terus diwariskan ke anak cucu. Sebab, kearifan lokal tersebut menjadi bagian spirit warga senantiasa hidup berdampingan dengan alam. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar