GUNUNGKIDUL, (KH),– Pusaka berupa tombak berusia 500-an tahun dijamas. Pusaka bernama Tombak Kyai Totog tersebut merupakan peninggalan leluhur yang dihormati oleh warga Padukuhan Ngawen, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul.
Penyimpan pusaka, Suyoto mengatakan, setahu dia, pusaka merupakan peninggalan nenek moyang. Konon, pusaka tersebut berada di wilayah itu semenjak Kerajaan Majapahit berangsur runtuh.
Dia yang mewarisi, lantas meneruskan kebiasaan kakek buyutnya dalam hal merawat. Diantaranya membersihkan atau menjamas dengan teknik sekaligus pada waktu tertentu.
Jamasan menggunakan cairan dengan campuran bahan khusus bernama ‘warangan’ dan bahan-bahan yang lain. Air utama yang dipakai merupakan air Sendang Kahuripan yang tak jauh dari lokasi penyimpanan pusaka. Adapun bahan lain diantaranya menggunakan buah jeruk nipis.
Warga sekitar menghormati keberedaan benda pusaka tersebut. Apabila tiba waktunya, mereka kerja bakti menyiapkan segenap perlengkapan. Tak hanya itu, warga juga memasak nasi uduk, ingkung dan olahan tertentu. Setelah prosesi jamasan selesai, olahan makanan disantap bersama usai doa kenduri dipanjatkan.
Sumardi, tokoh warga setempat menceritakan secara singkat, Tombak kyai Totog merupakan sebuah pusaka yang dibawa oleh rombongan keluarga Kerajaan Majapahit, antara lain Roro Resmi atau Dewi Resmini.
“Ia dikawal oleh rombongan yang dipimpin Ki Sekti Yudha. Roro Resmi saat itu membawa putranya bernama Joko Lambire,” beber Sumardi.
Dari cerita tutur yang diterima, kedatangan rombongan terjadi pada era runtuhnya Kerajaan Majapahit. Saat itu, karena genting, Prabu Brawijaya V memberi amanah agar Dewi Roro Resmi untuk menyelamatkan diri membawa tombak Kyai Totog. Adapun tempat singgahnya, kini kemudian dinamanakn Padukuhan Ngawen.
Sementara itu, tokoh yang menerima kedatangan rombongan juga merupakan pelarian dari wilayah timur. Tokoh yang dikenal dengan Ki Ageng Panuntun ini datang lebih awal di wilayah yang sekarang dinamai Padukuhan Ngawen.
Ki Ageng Panuntun menerima dan mengasuh Joko Lambire. Kelak ia dikenal dengan Ki Ageng Panutan. Setelah menerima tuntunan dari Ki Ageng Panuntun dan menjadi pembesar serta panutan, Joko Lambire mendapat Gelar Ki Ageng Panutan.S
Sejak era itu, pusaka senantiasa mendapat perlakukan istimewa. Menjadi benda bersejarah yang dipercaya warga punya kekuatan magis.
Pada kesempatan tersebut, selain Tombak Kyai Totog, puluhan benda pusaka lain seperti keris juga ikut dijamas. (Kandar)