WONOSARI, kabarhandayani.– Guna mengantisipasi bibit-bibit awal terjadinya konflik sosial di masyarakat, Kementerian Sosial membentuk tenaga pelopor perdamaian. Mereka akan bertugas menjadi “intelijen” yang akan ditempatkan di 10 kecamatan di Gunungkidul.
Kepala Seksi Bantuan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Gunungkidul, Gustanto, Sabtu (13/9/2014) menerangkan, ada 10 kecamatan di Gunungkidul yang dipandang memiliki kerawanan konflik sosial.
“Semin, Ngawen, Gedangsari, Karangmojo, Rongkop, Ponjong, Semanu, Wonosari, Tanjungsari dan Paliyan, memiliki rawan konflik sosial,” katanya.
Gustanto menerangkan, setiap pelopor perdamaian akan bertugas mendeteksi dini terhadap segala kemungkinan yang terjadi akibat konflik sosial. Dari hasil pengamatan di setiap kecamatan, nantinya akan dibahas dalam forum yang dilaporkan dalam rapat intern di Dinsosnakertans Gunungkidul.
Gustanto memaparkan, konflik sosial yang rawan terjadi di Gunungkidul antara lain: konflik yang terjadi di Goa Pindul, penambangan batu karst di Ponjong, Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) di Mulusan, serta pendirian tempat ibadah. Nantinya, pelopor perdamaian akan bertugas mendeteksi dini agar tidak terjadi konflik yang berkelanjutan.
Sebelum turun ke lapangan, sepuluh orang yang terpilih akan mengikuti pelatihan di Yogyakarta. Mereka akan bergabung dengan perwakilan peserta dari kabupaten lain. Pelopor perdamaian ini juga akan dikukuhkan sebelum diterjunkan di lapangan.
Mardi, salah satu peserta pelopor perdamaian mengaku, ia siap menciptakan keamanan di Gunungkidul. Ia mengaku siap menjadi pelopor perdamaian di masyarakat. “Kita siap menciptakan suasana kondusif di Gunungkidul,” ungkap Mardi. (Juju/Jjw, Foto: ilustrasi).
Tenaga Pelopor Perdamaian akan Dibentuk Kemensos
