Tanam Padi Varietas Umur Pendek Antisipasi Kemarau Yang Datang Lebih Awal

oleh -
Panen padi bersama Kelompok Tani Sri Rejeki di Desa Katongan, Nglipar. KH.

GUNUNGKIDUL, (KH),– Berdasar pemantauan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mencatat seluas  1.918 hektar padi di Gunungkidul gagal panen atau puso pada musim tanam ke 2 tahun ini.

Kepala Bidang Tanaman Pangan DPP Gunungkidul, Ir Raharjo Yuwono mengungkapkan, meski padi puso mencapai ribuan, akan tetapi sebagian besar petani dinyatakan berhasil panen.

Existing padi musim tanam kedua ada 8.736 hektar, Yang puso ada 1.918 hektar. Artinya yang panen lebih banyak,” kata Raharjo, Selasa, (2/6/2019).

Adapun padi yang mengalami puso karena kekurangan air akibat dari musim kemarau. Padi yang mengalami puso berada di daerah yang tidak memiliki sumber air. Atau semata hanya mengandalkan curah hujan. Musim kemarau tahun ini yang datang lebih awal membuat suplai air di lahan pertanian pada musim tanam ke dua sangat kurang.

Ditambahkan, sebagian petani yang memilih varietas padi berumur pendek pada musim tanam ke 2 tetap mampu berhasil panen. Di samping pemilihan varietas padi yang tepat, padi mampu bertahan hingga panen lantaran di kawasan ladang terdapat sumber air sekaligus perangkat distribusi air yang memadai.

Ia mencontohkan, di Desa Katongan, Kelompok Tani Sri Rejeki baru saja panen padi bersama. Di lahan seluas 10 hektar bisa dipanen padi dengan rata rata produksi 8.16 ton per hektar. Yang ditanam yakni padi varietas Inpari 19.

Kepala DPP, Ir.Bambang Wisnu Broto menerangkan, padi inpari 19 termasuk padi genjah yang bisa dipanen setelah berumur 105 hari.

“Pemilihan padi varitas umur pendek seperti inpari 19 merupakan salah satu alternatif pilihan yang tepat dalam mensiasati dampak perubahan iklim terutama kekeringan karena kemarau,” kata dia.

Guna mendukung produkitivitas padi Poktan Sri Rejeki berharap mendapat bantuan dam parit serta perpompaan agar mendukung ketersediaan air untuk menjamin keberlangsungan budidaya padi terutama dimusim tanam kedua.

Sebelumnya DPP juga telah melaksanakan pemantauan produksi padi paska terjadinya kekeringan di Gedangsari, tepatnya di bulak Sumber Buyutan Desa Ngalang. Di poktan Sumber Rejeki juga dilaksanakan ubinan panen padi seluas 20 hektar dengan rata rata produksi 8.45 ton per hektar.

Keberhasilan Poktan Desa Ngalang hingga panen juga tak lepas dari bekal pengetahuan berupa pendampingan Sekolah Lapang Iklim (SLI). Sehingga petani menerapkan antisipasi dampak perubahan iklim dengan melaksanakan budidaya padi hemat air dan pemilihan varietas serta manajemen waktu tanam disesuaikan ramalan iklim BMKG. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar