Sejahtera Secara Psikologis Modal Utama Hadapi Corona

oleh -200 Dilihat
oleh
Hamdi Muluk. Dok: BNPB/Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanggulangan Covid-19.

JAKARTA, (KH).- Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh merebaknya virus SARS-CoV-2 atau corona jenis baru sudah menjadi gejala krisis multi-dimensi. Tak hanya persoalan kesehatan (medis) saja, namun juga menimbulkan krisis sosial, ekonomi, budaya dan tentu saja juga aspek psikologis.

Menyitir dari laman Gugus Tugas Percepatan Penangangan Covid-19, Ahli Psikologi Politik, Prof Hamdi Muluk mengatakan, bahwa penataan aspek psikologi menjadi sangat penting dalam kaitan dengan upaya untuk menurunkan angka penambahan kasus COVID-19.

“Kondisi psikologis ini tentu juga akan mempengaruhi penanganan COVID-19. Kalau seseorang tidak sejahtera secara psikologis, ini nanti usaha pelandaian ini terkendala karena perilaku tidak mendukung,” kata Hamdi dalam penjelasannya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Minggu (10/5).

Secara umum, Hamdi juga mengatakan kondisi persoalan multi-dimensi itu sifatnya bahkan sudah menjadi disruptif. Artinya membuat kondisi yang selama ini baku (normal) menjadi kearah “normalitas baru” (New Normal).

“Kondisi pandemi ini sekonyong-konyong membuat perubahan baru. Orang bilang ini distruptif tiba-tiba sesuatu yang normal ini menjadi luluh lantak menjadi situasi tidak normal bahkan diramal menjadi normalitas baru,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Hamdi juga menjelaskan bagaimana aspek psikologi penting dalam kaitannya melawan COVID-19. Menurut Hamdi, kondisi psikologi berada pada dasar bagi seseorang dalam menghadapi goncangan yang ditimbulkan oleh COVID-19.

Selama ini mungkin orang tidak memahami bahwa kesejahteraan itu tidak tidak hanya secara ekonomi, fisik tapi juga kesejahteraan psikologi atau phsycological well being. Secara umum memang tiga jenis kesejahteraan ini saling berkaitan.

Dalam hal ini kondisi fisik yang prima dengan asupan gizi seimbang dapat berdampak kepada kondisi psikologis yang kuat juga.

“Kalau ekonomi kita tidak sejahtera maka bagaimana kita bisa makan. Fisik jika tidak sejahtera, maka berimbas juga pada psikologi,” jelas Hamdi.

Hal tersebut berlaku juga sebaliknya. Apabila seseorang mampu dalam segi ekonomi akan tetapi kondisi psikologis seseorang yang rapuh maka dapat memperlemah imunitas tubuh sehingga fisik menjadi rentan.

“Walaupun anda berkecukupan secara ekonomi, kalau batin resah terus, gelisah kalau anda ketakutan, anda menjadi stres, depresi, kondisi psikologi memburuk dan kondisi fisik memburuk dan nanti ujung-ujungnya dirawat dan ekonomi terpengaruh juga,” jelas Hamdi.

Oleh sebab itu penting bagi seseorang memiliki kesejahteraan psikologi yang bagus. Sebab sudah jelas dalam beberapa riset bahwa psychological well being mempengaruhi tingkat imunitas seseorang.

“Imunitas ini kata kunci melawan pandemi. Jadi pandemi dampaknya tidak terlalu dahsyat kalau setiap orang (memiliki) imun, baik secara fisik dan psikologi. Oleh karena itu perlu ditata bagaimana setiap orang memiliki psychological well being,” pungkas Hamdi. (Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional/Red.KH).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar