Sedekah Labuh Jelang Musim Tanam Dusun Tahunan Digelar Meriah

oleh -1714 Dilihat
oleh
Grebeg Gunungan mewarnai Sedekah Labuh Dusun Tahunan, Desa Karangduwet, Kecamatan Paliyan. (KH)

PALIYAN, (KH),– Menyusul di belakang bregada prajurit lombok abang rombongan kirab satu per satu meninggalkan tanah lapang sebagai titik keberangkatan. Dengan berbagai kreatifitas mereka membentuk kelompok-kelompok barisan. Ada kelompok yang mengenakan busana jawa, kelompok seni, profesi, dan masih banyak lagi.

Terik yang menyengat tak menyurutkan semangat. Tiap rombongan berjalan teratur, bahkan kelomok usia muda berjoget diiringi musik mengitari jalan dusun setempat. Pawai tersebut merupakan rangkaian Tradisi Rasul Sedekah Labuh yang digelar masyarakat Dusun Tahunan Desa Karangduwet, Kecamatan Paliyan. Tak hanya pawai, semarak Sedekah Labuh yang digelar Senin, (9/9/2019) juga diisi kenduri, pengajian akbar, festival layang-layang, pameran benda pusaka, festival kitiran serta pementasan reog juga jathilan.

Ketua Panitia Sedekah Labuh, Kurniawan Joko menyampaikan, tradisi Labuh merupakan simbol permohonan masyarakat Dusun Tahunan pada khususnya dan Masyarkat Desa Karangduwet pada umumnya kepada Tuhan sebelum kegiatan bercocok tanam dilakukan.

“Permohonan agar nanti benih-benih milik petani yang ditanam tumbuh subur berhasil hingga panen,” kata Kurniawan. Warga membuat satu Gunungan yang ikut diarak dalam pawai. Gunungan berbahan aneka hasil bumi termasuk ubi-ubian. Di tengah Gunungan diisi benih khusus untuk ditanam pada lahan yang disiapkan sebagai tanda awal mula musim tanam.

Menurutnya, prosesi Sedekah Labuh tahun ini merupakan agenda terbesar dibanding pelaksanaan tahun sebelumnya. “Salah satu tujuannya agar generasi muda tahu prosesi atau ritual sebelum menanam yang dijalankan nenek moyang,” Harap Kurniawan.

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi usai melepas keberangkatan peserta pawai mengungkapkan, aneka warna kegiatan masyarakat merupakan simbol yang menguatkan dan memotivasi petani yang diselenggarakan penuh kebersamaan serta dalam suasana penuh kegembiraan.

“Aneka ritual bertujuan mengkonsolidasikan seluruh potensi masyarakat dalam usaha kesejahteraan bersama melalui pertanian,” jelas Immawan.

Nilai lain, sambungnya, guyub-rukun merupakan nilai sosial yang pasif dan dinamis. Pasif artinya nilai-nilai normatif yang sudah berlaku dan diselenggarakan bersama-sama. Adapun nilai sosial yang dinamis berfungsi untuk menjaga atau antisipasi berbagai hal, kemudian menghadapi persoalan tersebut secara bersama-sama.

Aktualisasi kirab rasul, Immawan meminta untuk tidak dimaknai sebagai tradisi masa lalu, tetapi disesuaikan penggunaannya dimasa sekarang oleh masyarakat sesuai skala prioritas.

Pihaknya juga meminta Kades dan Kadus memegang data problematika atau masalah masa lalu hingga saat ini kemudian bersama masyarakat berupaya mengapai solusinya secara bersama-sama.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar