Sate Kere Jogja, Kuliner yang jadi Sajian Pesta Pernikahan Putra Jokowi Ini Terdampak Pandemi

oleh -
sate kere
Domi Kirana berada di lapak Sate Kere. insert: menu Sate Kere. (dok. Domi)

YOGYAKARTA, (KH),– Di Sekitar Jalan Godean Km 7,5 Yogyakarta terkenal dengan kuliner Sate Sapi Ketupat Sayur atau lebih dikenal lagi dengan nama Sate Kere. Lokasinya sangat mudah dijangkau. Kuliner turun-temurun ini memiliki banyak penggemar. Kuliner ini makin populer, setelah orang nomor satu di Indonesia, Jokowi pernah menjadikan menu makanan ini sebagai hidangan santapan saat pernikahan putranya.

Sate kere merupakan makanan khas di sekitar Godean sejak jaman dahulu. Bila sore tiba, mulai Pukul 17.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB berbondong-bondong para penggemar sate kere antri untuk menikmatinya. Sebelum Pandemi COVID-19 banyak yang membeli dan langsung menikmati di tempat. Tapi, sejak Pandemi melanda Indonesia, pedagang sate kere omsetnya menurun hampir 40 persen.

Seperti pengakuan salah satu penjual Sate Kere, Panut saat ditemui belum lama ini. Penurunan lebih terasa saat penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).

“Setelah penerapan PPKM omset berkurang lebih dari 50 persen. Sebab, ada batasan jam buka. Kami hanya boleh membuka lapak melayani konsumen hingga pukul 20.00 WIB,” kata Panut didampingi istrinya, Mbok Kunjil.

Bersama istrinya, Panut telah berjualan sejak 35 tahun yang lalu. Dirinya membuka lapak di Jalan Godean Km 7.5 Klajuran Sidokarto Sleman Yogyakarta. Meski telah membuka lapak lebih awal sejak Pukul 15.30 WIB dengan harapan omset naik, namun cara itu tak juga banyak berpengaruh.

Panut membandingkan, sebelum Pandemi, selain dinikmati oleh langganan yang makan di tempat, pesanan banyak datang dari pemilik acara hajatan, seperti pernikahan, rapat dan lain-lain. Akan tetapi sejak Pandemi, karena kebijkan PPKM pula, tidak ada lagi yang memesan untuk acara-acara tersebut.

“Dari penjualan sate kere ini, saya bisa membiayai kebutuhan keluargan, bahkan bisa membiayai cucu yang kuliah di AA YKPN. Juga membantu pembiayaan cucu yang alin yang bersekolah di SMA Pangudi Luhur Sedayu,” kata Panut bersyukur.

Dijelaskan, Bahan yang di gunakan untuk membuat Sate Kere selalu baru. Pagi-pagi sekali  Panut dan mbok Kunjil belanja ke pasar kemdian mengolahnya. Dalam menyiapkan menu Sate Kere, mereka dibantu oleh anak-anak dan cucunya. Guna mempertahankan kualitas menjaga kebersihan dan higienitas.

“Sate Kere terdiri dari lontong, sate sapi dan sayur tempe santan. Lontong terbuat dari beras yang di bungkus plastik/daun dan di rebus cukup lama. Sate sapi terbuat dari daging sapi yang di bumbui lengkap berupa Merica, Ketumbar, Bawang Merah, Bawang Putih, Kencur, Serai, Daun Jeruk dan Gula Jawa. Sayur Tempe Santan terbuat dari Tempe yang dibumbui Bawang Merah, Bawang Putih, Cabai, Gulai Merah, Salam, Laos, Serai, Daun Jeruk dan Santan,” papar Panut menjelaskan bahan dan cara pembuatan Sate Kere.

Sate kere yang dijual Panut harganya merakyat. Satu porsi sate campur cukup Rp12.000. Sedangkan sate daging dijual Rp 14.000. Sebelum pandemi, rata-rata mereka bisa menjual sekitar 500 Porsi perhari. Begitu pandemi melanda, penjualan  menurun drastis. Meski metode baru menawarkan dengan menggunakan media social ditempuh, tetapi omset mereka tak banyak berubah. Hal tersebut, juga dialami rekan Panjul sesama penjual Sate Kere. Bahkan diantaranya ada yang sampai menutup lapak untuk sementara waktu.

Panut dan seluruh penjual Sate kere di Jalan Godean berharap agar Pandemi segera terkendali sehingga semua aktivitas dilonggarkan. Dengan begitu omset penjualan Sate Kere dan aneka usaha yang lain kembali bergeliat.

Penulis: Domi Kirana (Mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar