WONOSARI, (KH)— Program regrouping sekolah merupakan instruksi Pemerintah kepada Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga (Disdikpora) sebagai upaya efisiensi pengelolaan anggaran pendidikan. Selain itu, bertujuan pula untuk meningkatkan mutu pendidikan serta mempertimbangan azas efektifitas. Dalam hal ini, saat ini Disdikpora Gunungkidul terus melanjutkan program regrouping khususnya pada lembaga pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD).
Adapun data yang disampaikan pihak bagian bidang TK/ SD Disdikpora beberapa waktu lalu terdapat 48 sekolah yang masuk ke dalam daftar perencanaan regrouping SD, dari jumlah tersebut 4 diantaranya akan ditutup operasionalnya, sisanya akan digabung sehingga menjadi 22 sekolah.
Sementara di Tahun 2015 ini telah terealisasi penggabungan 10 sekolah yang telah ditetapkan dengan SK Bupati. Pelaksanaan regrouping cukup beralasan, seperti yang disampaikan Sri Andari Kepala Bidang TK/SD Disdikpora Gunungkidul, diantaranya; untuk memaksimalkan efektivitas pembelajaran dan efisiensi anggaran.
“Berdasarkan peraturan yang berlaku, alasan lain diantaranya, jarak antar kedua sekolah tidak terlalu jauh atau maksimal 3 kilometer, sekolah tersebut kekurangan siswa dan atau kekurangan tenaga pengajar,” ungkapnya beberapa waktu lalu.
Sekolah yang terealisasi diantaranya; SDN Kalitekuk dengan SDN Tambran 1, SDN Payaman dan SDN Karangsari, SDN Sendowo 1 dan SDN Sendowo 4, SDN Sawah Lor dan SDN Banyusoca, SDN Sayangan dan SDN Mendongan. Secara umum nama baru sekolah mengikuti nama sekolah yang menjadi tujuan regroup.
Proses pelaksanaan regrouping, jelas Andari, melalui banyak tahapan, diantaranya dengan sosialisasi baik kepada pihak sekolah, masyarakat atau wali, serta kajian-kajian lain yang sekiranya diperlukan, baru kemudian diajukan untuk mendapat SK Bupati.
Mengenai sempat adanya persoalan terkait rencana regrouping yang mendapat penolakan wali, Dirinya membenarkan. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu bentuk prosesnya. Disampaikan, rencana regrouping di SD Cuwelo I dan SD Cuwelo II yang direncanakan menjadi SD Cuwelo I banyak pihak khususnya wali murid menyatakan tidak setuju.
Hal tersebut seperti diungkapkan Suharyuli Edi Pracaya, komite SD Cuwelo II, sebagai wakil wali murid dirinya menyatakan bahwa seluruh orang tua siswa tidak bersedia jika program regrouping mengharuskan SD Cuwelo II yang harus pindah ke Cuwelo I.
“Aspirasinya memang seperti itu, tadinya jika hanya manajemennya yang digabung tidak masalah, tetapi ketika anak-anak harus pindah sekolah semua wali tidak bersedia,” Ujarnya ketika dihubungi KH.
Diakui, memang di SD Cuwelo II kekurangan Guru, namun untuk mengatasi hal tersebut pihak komite sekolah mengangkat dua guru baru. “Jika alasannya kurang guru, kami sudah mengangkat dua guru,” tambahnya.
Ditemui terpisah, Kastana, S.Pd kepala sekolah SD Cuwelo II menyayangkan adanya rencana regrouping yang menimbulkan gejolak, mestinya hal tersebut bisa disikapi dengan kepala dingin. Sebagai abdi negara Dia mengaku siap dengan segala kebijakan pemerintah, namun tentu saja kebijakan bisa diterima semua pihak dan sesuai dengan kondisi riil dilapangan, alasan lain yang menyebutkan, mengenai letak kondisi geografis sekolah dan pertimbangan pengembangan fisik gedung menurutnya kurang pas.
“Kalau kekurangan guru, pihak komite telah mengangkat, itu cukup membantu, kalau dinilai untuk pengembangan ke depan dirasa sulit, menurut kami di pekarangan belakang masih bisa mendirikan gedung baru, kalau jumlah murid kami justru lebih banyak. Tetapi kita kembalikan kebijakannya kepada yang berwenang, kita mengikuti saja” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Warsana, Kepala SD Cuwelo I, terkait adanya program tersebut, karena lembaga pendidikan itu merupakan milik negara, Dirinya mengaku selalu siap dengan keputusan akhir, yang terpenting jangan sampai hal semacam ini berlarut-larut, karena membawa dampak psikologis terhadap guru, ditakutkan akhirnya murid juga terkena imbasnya.
“Pada dasarnya semua itu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, dalam cakupan lebih luas sebagai sarana mendidik putra bangsa. Perihal pertimbangan yang pernah kami terima mengenai pengembangan jangka panjang SD Cuwelo I lebih memungkinkan, kami akui dalam hal jumlah murid memang kurang,” jelasnya, Sabtu, (31/10/2015).
Dirinya juga menyebutkan adanya aspirasi tokoh warga dan komite, berharap agar SD Cuwelo I tetap eksis dan lestari. Selain pertimbangan pengembangan jangka panjang, Salah satu alasan masyarakat karena sekolahan tersebut bernilai sejarah, sejak Tahun 1922 telah beroperasi sebagai Sekolah Rakyat (SR), namun Dirinya tetap menyerahkan sepenuhnya kebijakan yang diambil oleh pihak berwenang . (Kandar)