PALIYAN, (KH) — Usia muda bukan berarti belum bisa menjadi seorang wirausaha. Ramainya peminat burung berkicau dijadikan peluang oleh pemuda yang satu ini untuk beternak jangkrik sebagai umpan pakan burung.
Adalah Sigit (25) pemuda asal Desa Mulusan yang memutuskan untuk memelihara jangkrik untuk mengisi waktu luangnya. Ia mengaku sempat bingung untuk mencari usaha.
“Sempat berfikir bisnis apa yang bisa di lakukan dengan modal kecil,saat itu teman saya memberi masukan untuk mencoba berbisnis jangkrik.”, katanya, Sabtu (15/11/2014).
Ia memaparkan, bahwa beternak jangkrik resikonya sangat kecil, pasalnya jangkrik dapat menyesuaikan dengan iklim khususnya di Gunungkidul. “Tidak seperti hewan lainnya, serangga ini mampu bertahan di iklim panas maupun dingin.”, paparnya.
Kepada KH, ia menjelaskan, bibit berupa telur harus ditetaskan sendiri dengan cara ditaruh di dalam ember selama sehari. Untuk 1 ons telur seharga Rp 40 ribu, dengan masa pemeliharaan 30 hari. “Jangkrik yang berumur 30 hari sudah siap untuk dipasarkan, bahkan tidak jarang pengepul mengambilnya pada umur 25 hari.”, jelasnya.
Untuk pemasarannya sendiri, jangkrik yang sudah siap dipanen akan diambil oleh pengepul jangkrik yang berada di Sambipitu. “Satu kilogramnya dibeli oleh pengepul dengan harga Rp 20-30 ribu.”, Sigit menambahkan, jika hasil dari kotoran jangkrik juga bisa dipasarkan menjadi pupuk organik. “Peminat pupuk  banyak di wilayah jogja. 1 kilogramnya seharga Rp 7 ribu.”, imbuhnya.
Dalam satu kali periode Sigit memelihara jangkrik sebanyak 5 ons bibit yang menghasilkam 70-80 kilogram jangkrik saat panen. “Awalnya hanya iseng-iseng mencoba bisnis jangkrik, tapi setelah hasilnya lumayan, rencanannya periode mendatang akan menambah 10 ons bibit jangkrik.”, Â pungkasnya. (Atmaja/Tty)