Lebih Dekat dengan Caleg: “Sujoko Nomer Sanga, Modal Bandhu Wani Maju”

oleh -8149 Dilihat
oleh
Caleg
Stefanus Sujoko, Caleg 2024 no.9 Dapil 1 (Wonosari, Playen) dari Partai Golkar. (Ist)

GUNUNGKIDUL, (KH),— “Apa duwe duit?” begitu kata Sujoko menirukan pertanyaan yang dilontarkan orang-orang kepadanya, ketika mengetahui niatnya maju sebagai calon legislatif  (Caleg) 2024 nanti.

Pertanyaan itu datang dari sebagian besar teman, kerabat dan saudaranya.

Berkaca pada dinamika demokrasi, persoalan finansial memang menjadi perkara pelik bagi sebagian anak bangsa yang ingin mendedikasikan diri terjun dalam pemilihan umum.

Hal itu juga dialami oleh warga Siyono Kidul, Logandeng, Playen, Gunungkidul, yang punya nama lengkap Stefanus Sujoko ini.

Saat ditemui beberapa waktu lalu, laki-laki yang pernah membuat heboh Gunungkidul karena penolakannya pada pembangunan tugu tobong di Bundaran Siyono ini hanya menyampaikan, bahwa modal utamanya adalah bandhu, yang tak lain adalah teman dan kerabat.

Sebagaimana diketahui, banyak kegiatan sosial sering dia lakukan bersama komunitas maupun beragam organisasi masyarakat yang diikuti. Tercatat bahwa Sujoko adalah pendiri komunitas berbasis sosial kemanusiaan bernama Info Cegatan Gunungkidul. Sekitar tahun 2017 lalu, komunitas tersebut pernah menjadi tumpuan banyak pihak dalam membantu korban Badai Cempaka yang sempat memporak-porandakan sebagian Gunungkidul.

Masih berbasis komunitas, Sujoko adalah inisiator Exploring Desa bersama komunitas Gunungkidul Photography. Komunitas yang kegiatannya berusaha mengangkat potensi sebuah desa atau kalurahan di Gunungkidul melalui fotografi dan videografi. Disela kesibukannya ia juga terlibat sebagai salah satu penulis sejarah desa-desa di Gunungkidul bersama komunitas Forum Penulis Negri Batu.

Kemampuannya menulis tentang humaniora yang sering dipublish diberbagai platform media, sekaligus kiprahnya pernah membidani berdirinya program podcast Dipodjok pada kanal youtube KH Files membuatnya kaya akan informasi serta mengetahui persoalan di tengah masyarakat.

“Mungkin dari komunitas-komunitas itulah, saya jadi tahu banyak persoalan sosial di tengah masyarakat yang semakin lama saya sadari bahwa persoalan itu tidak cukup diselesaikan melalui kegiatan berbasis komunitas terus-menerus,” ujarnya.

Selain terlibat dalam kegiatan berbagai komunitas, Sujoko juga tercatat menjadi Ketua DPC Lembaga Aliansi Indonesia Gunungkidul. Beberapa kali mendampingi warga Gunungkidul yang menjadi korban persekusi dan kekerasan.

“Nggak, saya hanya membersamai mereka agar lebih tegar dalam menghadapi persoalan” timpalnya ketika ditanya soal keterlibatannya dalam advokasi pada kekerasan dan kejahatan yang dialami oleh perempuan dan anak di Gunungkidul.

Dalam curriculum vitae yang sempat KH minta, Sujoko pernah bekerja dan belajar di luar negeri. Dalam karirnya, Sujoko menduduki posisi-posisi strategis pada bisnis yang dijalankan perusahaan Eropa dan Amerika. Maka lumrah jika ia yang kesehariannya berjualan angkringan di komplek Kios Siyono ini fasih bicara 3 bahasa asing, antara lain, Inggris, Jerman dan Spanyol.

“Hanya buruh jadi TKI ya, mas” kelakarnya mengalihkan tema obrolan asyik soal pandangannya mengenai urbanisasi dan perantau.

Berdasar pada pengalaman dialah, Partai Golkar Gunungkidul menempatkannya duduk di struktur partai. Bidang Parekraf dijabatnya pada tahun 2020-2022, lantas saat ini Bidang Media dan Penggalangan Opini. Bahkan karena prestasi dan dedikasinya, Sujoko menjadi salah satu anggota Lembaga Komunikasi dan Informasi Partai Golkar DPD DIY. Selain itu juga menjadi Ketua lembaga sejenis di Gunungkidul.

“Saya itu awalnya apatis dengan politik. Saya dijerumuskan teman-teman ke ruang politik karena banyak persoalan masyarakat yang memang lebih berpeluang didekati dan diperjuangkan melalui diplomasi politik,” sambungnya.

Sujoko memang suka dan aktif pada diskusi dan obrolan yang membahas tentang kebijakan pemerintah dan isu-isu politik di Gunungkidul maupun DIY.

Idelisme dan diplomasinya nampak membara ketika ditanya soal visi misi menjadi caleg di 2024.

“Visi Misi itu milik pemimpin. Caleg yang euforia dengan visi dan misi itu tidak paham betul fungsi legislatif. Itukan formalitas saja, harus menjawab pertanyaan visi-misi. Kalau mau jujur saya memang tidak punya visa dan misi. Kalau jadi legislatif ya memastikan diri menjadi pengawas, legislaslator dan penganggar visi dan misinya pemimpin yang baik, itu saja. Dalam hal ini ya Kepala daerah yang sah” jawabnya diplomatis ketika ditanya tentang visi misinya menjadi Caleg dari Partai Golkar.

Oleh partai dia didapuk ikut berkompetisi merebut kursi DPRD Gunungkidul melalui Daerah Pemilihan (Dapil) 1 Wonosari-Playen dengan nomer urut 9.

Sujoko siap menjadi representasi masyarakat miskin yang juga memiliki hak mencalonkan diri sebagai caleg dalam pesta demokrasi di Indonesia.

“Saya itu mirip dengan warga miskin yang tidak tercatat dalam data penerima PKH dan bansos-bansos sejenis lainnya. Ibaratnya para dewan saat ini, untuk mencalonkan diri lagi ada fasilitas negara karena tercatat di database, sementara saya tidak punya. Minimal sudah digaji negara deh. Tapi orang miskin juga punya hak dan kesempatan untuk menjadi caleg. Serahkan saja pada masyarakat, masih akan mempertahankan yang miskin tetap miskin dan yang kaya tetap kaya atau membangun impian-impian baru bagi anak cucu keluarga miskin. Saya itu maju karena modal bandhu. Ora duwe ragat ora ateges kiamat,” terangnya tegas mengakhiri perbincangan. (Bara)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar