GUNUNGKIDUL, (KH),– Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul memastikan kasus antraks di Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo tidak meluas ke titik lain. Namun demikian, berbagai langkah antisipasi terus dilakukan oleh petugas kesehatan hewan.
“Sampai saat ini, penambahan kasus antraks tidak ada,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, baru-baru ini.
Berbagai upaya untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini terus dilakukan oleh tim kesehatan hewan. Adapun upaya yang dilakukan antara lain dengan melakukan pengawasan lalu lintas ternak. Pemerintah untuk sementara waktu melarang ternak keluar-masuk dari dan ke wilayah tersebut.
Disamping itu, berbagai tindakan seperti penyiraman disinfektan, pemberian antibiotik dan zat-zat lain untuk mengantisipasi semakin meluasnya antraks di daerah tersebut pun dilakukan. Sejauh ini, terdapat 3 ternak yang telah diberikan antibiotik di sekitar lokasi sapi yang terpapar antraks.
Pihaknya menekankan kepada masyarakat jika terdapat ternak yang mati mendadak agar dilaporkan dan dilakukan penguburan sesuai dengan SOP yang berlaku.
“Kami berikan edukasi agar warga mengerti kalau ada ternak mati dilaporkan ke petugas kesehatan hewan dan itu harus dikubur, bukan dijual atau dikonsumsi,” tandasnya.
Wibawanti juga menghimbau kepada peternak untuk lebih menjaga kebersihan kandang-kandang mereka agar ternak tidak mudah terpapar penyakit. Mengingat jenis penyakit ternak cukup beragam.
Sebagai informasi, awal Februari 2025 terdapat 1 ekor sapi di Kalurahan Tileng yang mati mendadak. Selang beberapa hari, DPKH Gunungkidul menerima laporan. Mendapati kejadian tersebut, petugas kesehatan hewan kemudian bergerak untuk melakukan pengecekan.
Sampel tanah di lokasi itu diambil untuk uji laboratorium. Sekitar tanggal 15, hasil uji lab yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates keluar dan menyatakan positif antraks.
Setelah ditelusur, bangkai sapi tersebut ternyata tidak dikubur sesuai dengan SOP yang berlaku. Melainkan bangkai ternak tersebut justru diberikan ke pedagang yang berdalih bahwa sapi mati tersebut di buang di sebuah luweng yang berada di luar daerah.
Mengenai kebenaran pengakuan dari pedagang sapi pihak DPKH mengaku tak bisa menjamin. Sebab, tidak ada bukti yang valid. Peluang bahwa bangkai tersebut ternyata dijual dan dikonsumsi bisa saja terjadi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Gunungkidul Sri Suhartanta mengatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan dari DPKH Gunungkidul mengenai temuan kasus antraks ini. Pihaknya kemudian menginstruksikan pendataan hewan ternak di lokasi tersebut.
“Data yang masuk ada tiga ekor sapi dan dua ekor kambing terindikasi antraks. Satu sapi limosin ini yang mati,” ucap Sri Suhartanta. (Kandar)