Dua Ternak Mati Diduga Akibat Antraks di Zona Merah Tileng, Pengawasan Diperketat

antraks
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti. (KH)

GUNUNGKIDUL, (KH) – Dugaan kasus antraks kembali mencuat di Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo, setelah dua ekor ternak ditemukan mati mendadak pada 26 April 2025. Lokasi tersebut merupakan salah satu zona merah penyebaran antraks di Kabupaten Gunungkidul.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, menjelaskan bahwa laporan diterima dari petugas kesehatan hewan setempat mengenai kematian mendadak satu ekor kambing dan satu ekor sapi. Untuk memastikan penyebab kematian, sampel dari kedua ternak tersebut telah dikirim ke Balai Besar Veteriner untuk dilakukan uji laboratorium.

Bacaan Lainnya

“Sudah kami ambil sampel dan langsung diuji di laboratorium. Hasilnya memang belum keluar, namun berdasarkan gejala dan lokasi, kami menduga kuat penyebabnya adalah antraks,” terang Wibawanti, Rabu, (7/5/2025).

Dugaan ini diperkuat dengan riwayat lokasi yang sebelumnya pernah ditemukan kasus serupa. Diduga, penularan terjadi melalui pakan yang terkontaminasi sisa spora dari kasus sebelumnya.

Sebagai langkah antisipatif, warga segera mengubur bangkai ternak sesuai dengan prosedur penanganan penyakit hewan menular yang telah disosialisasikan. Selain itu, pemerintah juga membatasi lalu lintas ternak dari dan ke wilayah zona merah untuk mencegah penyebaran lebih luas.

“Ternak dari zona merah tidak diperbolehkan keluar minimal selama 20 hari sejak kasus terakhir terdeteksi,” ujar Wibawanti.

Langkah Pencegahan: Vaksinasi dan Edukasi Masyarakat

Sejak 21 April 2025, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengintensifkan upaya vaksinasi dan pemberian antibiotik terhadap ternak di wilayah terdampak, khususnya di Kalurahan Bohol, Kapanewon Rongkop, serta Kalurahan Tileng.

Hingga saat ini, tercatat 754 ekor ternak, baik sapi maupun kambing, telah mendapatkan vaksin. Meskipun sempat terjadi penolakan dari beberapa warga, situasi kini lebih kondusif dengan meningkatnya partisipasi masyarakat.

“Memang sempat ada penolakan, tapi sekarang warga sudah lebih kooperatif,” tambahnya.

Selain vaksinasi, edukasi kepada masyarakat juga terus dilakukan, termasuk penyemprotan disinfektan dan formalin di area yang terdampak.

Dengan tambahan dua kasus ternak mati, total sejak Februari hingga April 2025, jumlah ternak mati akibat dugaan antraks mencapai 28 ekor. Dari kasus ini, tercatat tiga orang positif terinfeksi antraks dan dua lainnya masih berstatus suspek.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar

Pos terkait