Harga Kedelai Naik, Industri Tahu di Gunungkidul Kurangi Jumlah Produksi

oleh -490 Dilihat
oleh
Pembuatan tahu di Sumbermulyo, Kepek, Wonosari. (KH/Kandar)

WONOSARI, (KH),– Sentra industri tahu di Padukuhan Sumbermulyo, Kalurahan Kepek, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul terdampak kenaikan harga kedelai yang terjadi belakangan ini. Pemilik usaha industri tahu terpaksa melakukan beberapa langkah penyesuaian agar tidak merugi.

Bendahara Paguyuban industri tahu Sari Mulyo, Sakiyo mengatakan, kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku tahu dan tempe terjadi sejak sebulan terakhir. Selama ini dirinya dan 16 pemilik industri tahu yang tergabung di paguyuban selalu mengandalkan kedelai impor dari Amerika.

“Dari Rp 6.500 menjadi Rp 9.250. Kami tidak tahu persis penyebabnya. Yang jelas semenjak Amerika punya Presiden baru, dari hari ke hari selalu naik harganya,” kata dia ketika ditemui di rumahnya, Senin (4/1/2021).

Dirinya menduga ada kaitannya dengan kebijakan importir. “Tidak tahu juga, jangan-jangan ada kebijakan Presiden Amerika yang baru,” imbuh dia.

Meski demikian ia dan belasan pemilik industri tahu mengaku tetap berproduksi. Hanya saja, ukuran satuan produk yang dijual dirubah. Biasanya satu loyang Tahu seharga Rp 30.000 beratnya mencapai 2,2 kilogram. Kini, dengan harga yang sama, satu Loyang diisi Tahu maksimal seberat 2 kilogram saja.

Selain mengurangi ukuran satuan dalam penjualan, pihaknya juga menurunkan jumlah produksi. Sebelum harga naik, produksi di industri tahu miliknya menghabiskan bahan baku sebanyak 2,5 kuintal kedelai, namun sekarang hanya mencapai 1,30 kuintal saja.

Praktis, jumlah tenaga yang bekerja di tempatnya dikurangi. Sebelumnya 4 pekerja masuk secara bersama-sama. Kali ini dibuat shift, 2 masuk 2 libur. Gantian dalam setiap harinya.

Untuk pengurangan jumlah bahan baku dalam satu kawasan Sentra Industri Tahu di Sumber Mulyo, jumlahnya terhitung cukup banyak. Sebelum harga naik, jumlah kebutuhan kedelai setiap hari mencapai 5,5 Ton. Kali ini dalam satu kawasan industri dalam sehari menghabiskan 2-3 Ton saja.

“Produksi tetap jalan, namun untungnya mepet,” ungkap Sakiyo.

Pembuatan tahu di Sumbermulyo, Kepek, Wonosari. (KH/Kandar)

Terpisah, Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul, Virgilio Soriano mengatakan, dengan adanya kenaikan harga kedelai sempat ada informasi jika industri tahu-tempe akan melakukan mogok produksi. Informasinya mereka akan stop produksi selama 2 hari.

“Aksi tersebut ternyata tidak dilakukan. Disperindag Gunungkidul telah melakukan kroscek dan memastikan bahwa belum banyak laporan berisi keluhan,” jelas Virgilio saat dihubungi.

Diungkapkan, rata-rata pemilik usaha memahami situasi ini. Apalagi mengingat produksi tahu-tempe memang sangat tergantung pada kedelai impor. “Kami minta para pengusaha melakukan penyesuaian. Kami sudah berkomunikasi dengan Pemerintah DIY berkaitan dengan situasi tersebut,” tukas dia. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar