Hanya Satu dari 18 SPPG di Gunungkidul yang Kantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi

Wujud salah satu SPPG yang berada di Kabupaten Gunungkidul. (KH)
ucapan gerakan anti narkoba

GUNUNGKIDUL, (KH) – Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul mengungkapkan, saat ini terdapat 18 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi di Kabupaten Gunungkidul. Namun, dari jumlah tersebut, baru satu SPPG yang sudah mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

“Baru satu yang memiliki SLHS, yaitu yang berada di Kodim,” ujar Ismono dari Dinas Kesehatan Gunungkidul.

Bacaan Lainnya

Ismono menjelaskan bahwa sesuai dengan surat edaran dari pemerintah pusat, setiap SPPG yang telah beroperasi wajib memiliki SLHS. Sertifikat ini menjadi syarat penting untuk menjamin keamanan pangan sejak proses sortir bahan makanan, pengolahan, hingga prosedur standar lainnya.

“Pada prinsipnya, SLHS berfungsi sebagai alat pengendali dan kontrol agar seluruh bahan makanan, sanitasi tempat, serta makanan yang disajikan benar-benar aman untuk dikonsumsi,” jelasnya.

Dinkes Siap Fasilitasi Proses Sertifikasi

Dinas Kesehatan Gunungkidul menyatakan kesiapan untuk memfasilitasi setiap SPPG dalam proses pengajuan SLHS. Ada beberapa tahapan dan dokumen yang harus dipenuhi.

“Dokumen penetapan SPPG wajib ada. Selain itu, perlu dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan, pengecekan dapur yang digunakan untuk mengolah makanan, serta uji kualitas air. Air yang digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan, maupun memasak juga harus memenuhi standar,” tegas Ismono.

Menurutnya, proses pengurusan SLHS memakan waktu sekitar 13 hari jika tidak ada hambatan. Namun, jika terdapat kendala, durasinya bisa mencapai satu bulan hingga sertifikat diterbitkan.

Kepala SPPG Wonosari, Hyndun Astry, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengantongi SLHS bahkan sebelum resmi beroperasi pada 17 Februari 2025 lalu. Ia menyebut, saat itu ada pendampingan khusus dari Dinas Kesehatan terkait uji laboratorium air, Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL), dan prosedur lainnya.

“Kami berkomitmen untuk memenuhi seluruh persyaratan operasional agar makanan yang disajikan aman untuk dikonsumsi,” ujar Hyndun.

Ia juga menambahkan, pengelolaan kebersihan dan sanitasi di SPPG Wonosari dilakukan secara ketat. Termasuk pemisahan penggunaan air untuk memasak dan mencuci peralatan.

“Untuk menjamin keamanan, sistem sanitasi di sini sangat kami perhatikan. Air untuk memasak pun berbeda dengan air untuk mencuci,” pungkasnya.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar

Pos terkait