WONOSARI, kabarhandayani.– Warga Padukuhan Bansari Desa Kepek Kecamatan Wonosari mencoba mengembangkan melon di lahan berkapur. Hal itu diharapkan dapat menunjukan potensi baru di bidang pertanian di Kabupaten Gunungkidul.
Muhammad Nurdin (24), warga setempat telah mencobanya. Dengan ilmu yang dodapat dari Jepang, ia menerapkan di desanya. Selama ini warga di sekitar Desa Kepek hanya biasa menanam padi dan palawija di sawah yang berada di kawasan Jalan Kyai Legi, Kepek, Wonosari.
“Ini baru pertama kali saya menanam melon di Gunungkidul, mengadopsi ilmu yang saya dapat dari Jepang, ikut program pemerintah beberapa bulan lalu,” kata Nurdin di sawahnya, Rabu (20/08/2014).
Dibantu oleh ayahnya Tukiyo (50) dan ibunya Widianti (40), ia mencoba budidaya melon pada lahan seluas 2250 meter persegi. Di lahan tersebut, sekitar 5000 benih melon telah ditanam dalam dua tahap penanaman. “Minggu ini 2000 melon siap panen,”ungkapnya.
Nurdin memaparkan, uji coba melon ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk menggarap lahan, menyiapkan pupuk, benih, serta rambat yang terbuat dari kayu yang diikat dengan kawat, dana sebesar Rp 13 juta sudah dia keluarkan.
Alumni SMKN 2 Wonosari ini optimis, kondisi tanah berkapur, ketersediaan air sumur bur yang cukup, perawatan, serta pemberian obat hama yang baik, melon yang ditanam akan menguntungkan. “2000 melon yang siap panen mudah-mudahan bisa mengembalikan modal,” ujarnya berharap.
Bertani melon sebenarnya bukan hal baru di Kabupeten Gunungkidul, bahkan ada beberapa tempat yang biasa menanam melon, seperti di Desa Karangtengah dan Pulutan Kecamatan Wonosari. Menurut Nurdin, cara menanam melon yang ia terapkan berbeda dari kebanyakan petani yang ada di Gunungkidul.
“Kalau petani lain setiap batang ada 2-3 buah melon, saya hanya mempertahankan 1 buah, untuk memperhatikan kualitas dan rasa. Karena sari makanan yang diserap oleh batang semuanya akan masuk di melon,” paparnya.
Menurut Nurdin, kondisi iklim serta tanah di Gunungkidul cocok untuk mengembangkan melon. Meski perawatannya lumayan sulit, tetapi hasilnya lumayan menguntungkan. “Kebanyakan pedagang masih mengambil dari luar Gunungkidul, melon akan kita setor ke Pasar Argosari laku Rp 5.000 per kilonya,” terangnya.
Menanam melon, kata Nurdin, tidak membutuhkan air yang banyak. Menurut ilmu yang ia dapat dari Jepang, tanah di mana ada tanaman melon tidak boleh terlalu basah. Ia mengaku selalu menyiram 5000 tanaman melon menggunakan air dari sumur bur. “Ada potensi Gunungkidul sebagai penghasil melon,” ucapnya singkat.(Juju/Tty)