Coretan Enjet, Jejak Orang Zaman Dahulu Ketika Duwe Gawe

oleh -42001 Dilihat
oleh
Coretan enjet saat masyarakat zaman dahulu duwe gawe. KH/ Kandar

PALIYAN, (KH)— Masyarakat desa yang menggelar hajatan atau disebut duwe gawe pada zaman dahulu sebagian besar tidak memiliki kenangan berupa dokumentasi foto. Sehingga sulit diketahui seperti apa suasana pelaksanaannya.

Sedikit gambaran pelaksanaan dapat dilihat dari kebiasaan yang dilakukan pada saat digelarnya hajatan, meski jarang, beberapa masih dapat ditemui di rumah-rumah penduduk desa. Kebiasaan ini ada yang menyebutkan diperkirakan masih ada hingga sekitar Tahun 1978-an.

Kebiasaan yang dilakuklan yakni berupa menorehkan coretan berwarna putih pada tiang rumah atau pada kaki dipan. Coretan tersebut berasal dari bahan berupa kapur sirih dicampur air atau disebut enjet. Coretan berupa garis mendatar pendek tersebut menggunakan  jari tangan sebagai kuasnya.

“Ibu-ibu paruh baya yang melakukan, pada sebuah hajatan mereka disebut tunggu genuk,” kata Pardi warga Desa Karangasem, Paliyan, memberikan keterangan mengenai jejak coretan saat duwe gawe di rumah mertuanya.

Bagian tunggu genuk biasanya terdiri dari dua orang, satu orang bertugas menakar beras sesuai permintaan tukang adang (bagian memasak nasi) sedangkan yang satunya lagi menorehkan coteran.

Saat ditanya apa arti coretan itu, dirinya menjelaskan, hal itu merupakan hitungan seberapa banyak nasi yang telah dimasak. Setiap satu coretan menandakan satu takaran masakan (sedangan). Sedangkan Sedangan itu ada sebanyak 4 beruk beras.

Beruk itu takaran beras zaman dahulu terbuat dari tempurung kelapa, masih ada tetapi sudah jarang, kira-kira 1 beruk beras beratnya 1 Kg lebih sedikit,” jelas Pardi.

Secara umum, coretan kapur sirih tersebut berada di rumah pada ruang bagian belakang tempat penyimpanan kebutuhan pokok atau bahan-bahan masakan dari para penyumbang, atau biasanya dekat dengan dapur/ Pawon.

Mengenai cara memasak, lanjut Pardi, masih secara tradisional yakni menggunakan dandang dan kerucut atau kukusan.

Dari coretan itu, dapat dihitung berapa banyak beras yang telah dimasak selama hajatan, semakin banyak coretan maka didapat gambaran jumlah tamu yang datang semakin banyak pula.

“Kalau misalnya ada 50-an coretan, berarti hajatan menghabiskan beras sekitar 2 kwintal,” Pardi mencontohkan. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar