Cerpen Siswa SD Wonosari 6 Masuk Seleksi Nasional

oleh -10053 Dilihat
oleh
Kukuh Lambar Pracoyo bersama Kepala Sekolah dan Guru Kelas, Foto: KH/ Kandar.
Kukuh Lambar Pracoyo bersama Kepala Sekolah dan Guru Kelas, Foto: KH/ Kandar.
Kukuh Lambar Pracoyo bersama Kepala Sekolah dan Guru Kelas, Foto: KH/ Kandar.

WONOSARI, (KH)— Selain memiliki hobi membaca dirinya juga hobi menulis. Dengan kegemaran itulah prestasi belajarnya sejak menginjak kelas 1 hingga kelas VI tak pernah tergantikan, kokoh selalu menduduki peringkat 1.

Prestasi kelas itu bak namanya, Kukuh Lambar Pracoyo, nama panggilan Kukuh dalam Bahasa Jawa mengandung arti kokoh. Dominasi prestasi itu bahkan hampir di semua mata pelajaran.

Saat ditemui KH di SD Wonosari VI, dirinya menceritakan, cerpen karyanya yang dikirim mampu masuk seleksi nasional lomba menulis yang diadakan salah satu pabrikan alat tulis ternama itu berkat dukungan dan bimbingan orang-orang di sekelilingnya. Mendampingi Kukuh, Dra Iryan Swasini selaku Kepala sekolah menyebutkan, selain dukungan dari orang tuanya, siswa kelahiran Gunungkidul, 6/9/2003 ini juga mendapat bimbingan langsung dari Sunariyah S.Pd selaku guru kelasnya.

“Saya juga belajar menulis dengan guru les Bahasa Inggris. Beliau juga penulis, sudah menulis beberapa novel,” timpal Kukuh menambahkan.

Sebelum masuk seleksi tingkat nasional, perjuangan mengikuti lomba tingkat kabupaten sudah dijalani. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mampu menyingkirkan 65 pesaing lain, sehingga mampu naik podium pertama. Singkatnya, kompetisi berlanjut di tingkat provinsi dan belum lama ini, karya berjudul “Rahasia Istana Kabut” telah dikirim ke Jakarta.

Berbeda dengan tulisan saat mengikuti lomba tingkat kabupaten yang diadakan KPAD dan BPAD di tingkat provinsi, saat itu karya tulis cerpennya cenderung merupakan cerita pengalaman pribadi, namun saat mengikuti kompetisi nasional Kukuh menulis cerita fiksi.

Sunariyah mengakui bakat muridnya itu, dirinya menilai, anak yatim dari pasangan Robertus Bell Bambang Sugeng dan Tutik Suprapti memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tiap kali bertanya selalu bersikeras mendapat jawaban yang memuaskan.

Bahkan, beberapa kali saat diperintah guru terkadang berani menolak, dan setiap kali menolak perintah, Kukuh selalu mempunyai alasan logis, sehingga akhirnya guru memahami dan memaklumi.

Aktivitas membaca dan menulis biasa dilakukan setelah belajar mata pelajaran sekolah, baru setelahnya, membaca buku cerita atau menulis cerita, kegiatan itu biasa dilakukan pada malam hari.

Sekilas, Kukuh mengutip cerpen karyanya. Cerita itu mengisahkan sebuah keluarga yang sedang berlibur di sebuah vila. Ester selaku pemeran utama adalah seorang anak yang kedua orang tuanya berprofesi sebagai dokter, sesaat setelah tiba di puncak/vila, ayahnya dihubungi untuk menangani pasien, sehingga mau tidak mau harus kembali ke kota.

“Saat ayah dan ibunya kembali ke kota, Ester dan kakaknya tidak ikut, ia tinggal bersama pembantu/penjaga vila yaitu Pak Dirman dan Bi Inah. Saat malam hari tiba, penjaga vila berpamitan hendak ke rumah tetangga yang sedang menggelar hajatan,” kisah Kukuh, Senin, (4/1/2015).

Sehingga, lanjutnya, Ester bermalam bertiga bersama adik dan kakaknya. Malam pertama di vila sangat menakutkan, terdengar dari ruangan lain suara barang pecah, pintu dibuka serta denting piano, lantas tiba-tiba lampu seluruh ruangan mati.

Dengan penuh ketakutan mereka keluar untuk mengecek saklar utama jaringan listrik. Setelah keluar, empat orang memakai penutup muka menyekap dengan menutup mata Ester dan saudaranya. Setelah dibawa ke ruangan lain, penutup mata dibuka. Ternyata itu sebuah kejutan, orang tua Ester telah menyiapkan pesta kecil bersama penjaga vila memperingati hari perkawinan.

Malam selanjutnya, suara aneh terdengar lagi, benda pecah, pintu dibuka, dan juga dentingan piano. Ester dan saudaranya kembali dibuat penasaran, setelah mencari sumber suara ternyata berasal dari gudang yang sudah lama tak dipakai, ketiganya menuruni tangga masuk ke ruangan itu, dalam kegelapan nampak sosok remaja berdiri.

Lantas, Adik Ester berlari memanggil kedua orang tua dan penjaga vila, setelah sama-sama menghampiri sosok remaja, Ayah Ester menyapa, tetapi dijawab dengan tawa terbahak-bahak. Setelah Ayah Ester mendekat, tiba-tiba Bi Inah berusaha menghalangi dengan mendekap kaki ayah Ester, kemudian berkata jujur bahwa remaja itu adalah anaknya yang mengalami gangguan jiwa yang sudah lama disembunyikan di tempat itu.

“Keesokan harinya, kedua orang tua Ester bersama kedua penjaga  berangkat ke kota untuk mengantar berobat,” urai Kukuh.

Kemudian, Ester dan kedua saudaranya melewati malam di vila tanpa orang tua dan penjaga, malam semakin larut, namun adik Ester tidak bisa tidur, dan tanpa diduga mereka lagi-lagi dikagetkan dengan suara benda pecah, pintu dibuka dan dentingan piano…

Kukuh mengutarakan, cerita tersebut merupakan imajinasinya setelah membaca berbagai macam cerpen. Dia mengaku meramu judul dan alur cerita sendiri.

“Ingin jadi penulis saja,” jawab Kukuh mengenai cita-citanya. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar