TEPUS, kabarhandayani,– Warga Padukuhan Sureng I, Sureng II, Danggolo dan Luweng Ombo, Desa Purwodadi Kecamatan Tepus melaksanakan kegiatan Bersih Sumber Sureng pada Senin (15/9/2014). Tradisi yang dilakukan setiap tahun ini merupakan upaya turun-temurun warga dari 4 padukuhan tersebut untuk merawat dan menyelamatkan sumber air dari kerusakan.
Bagi masyarakat keempat padukuhan yang termasuk dalam zone selatan Gunungkidul, air merupakan sumber kehidupan dan sangat penting. Karena itu lingkungan sekitar sumber mata air dan sumber mata air itu sendiri selalu dibersihkan dan dirawat agar lestari dan terbebas dari pengaruh pencemaran karena fenomena alam seperti debu vulkanik dari letusan gunung berapi, ataupun kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia.
Sukardi (59), juru kunci sumber mata air Sureng menjelaskan, bahwa tradisi bersih sumber air Sureng ini juga sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan yang telah menganugerahi kekayaan alam yang bermanfaat bagi masyarakat di 4 padukuhan. Bersih sumber mata air Sureng itu sendiri dilaksanakan setiap Senin Pahing menjelang pelaksanaan tradisi rasulan (bersih desa). Rasulan ke-4 dusun itu sendiri akan dilaksanakan pada Rabu Legi (24/9/2014).
Sukardi menambahkan, kegiatan bersih sumber mata air Sureng dimulai dari membersihkan seluruh sampah yang ada di sekitar sumber. Ratusan masyarakaat dari 4 padukuhan terlibat dalam kegiatan pembersihan ini, selanjutnya mereka melakukan ritual pembersihan akar di dalam goa Sureng.
“Kegiatan besih sumber mata air Sureng dimulai dengan menyapu, merapikan ranting-ranting yang berserakan di sekitar sumber air. Kemudian saya dibantu oleh 2 orang warga akan masuk ke dalam goa membersihkan akar-akar yang mengganggu aliran air,” papar Sukardi.
Sukardi melanjutkan, untuk masuk ke Goa Sureng tidak dapat dilaksanakan setiap saat. Menurut tradisi yang telah dijalani terun temurun, Goa Sureng hanya boleh dimasuki setahun sekali setiap bersih sumber air. Tidak semua orang boleh masuk kecuali yang memperoleh ijin juru kunci.
Menurut penuturan masyarakat, seperti diungkapkan Japarudin (49), masyarakat meyakini jika akar pohon ipik atau beringin karet (ficus retusa) yang dibersihkan di dalam goa jumlahnya banyak, maka hasil pertanian diyakini juga akan banyak. “Akarnya lumayan banyak, semoga ini pertanda baik. Hasil tani masyarakat juga banyak,” ungkap Japarudin.
Masyarakat empat padukuhan ini bersyukur memiliki sumber air Sureng. Mereka terbantu setiap kemarau dengan adanya sumber air yang tak pernah kering sepanjang musim. Akhir acara bersih sumber air Sureng, masyarakat melaksanakan kenduri dan doa dilanjutkan makan bersama. (HeryFosil/Jjw).