PANGGANG, kabarhandayani,– Selasa Kliwon (23/9/2014) pagi dini hari Rumah Dwijo Sumarto dipenuhi ribuaan masyarakat yang ingin melihat ataupun mendengarkan hasil pembukaan Cupu Kyai Panjala. Rumah sederhana miliki Dwijo Sumarto terletak di Padukuhan Mendak Desa Girisekar Kecamatan Pangang. Suasana rumah Dwijo Sumarto sudah ramai sejak Senin (22/9/2014) malam.
Dwijo Sumarto merupakan generasi ketujuh trah Kyai Panjala. Sebelum upacara ritual pembukaan Cupu Kyai Panjala, Dwijo Winarto memberikan penjelasan singkat tentang tata tertib dan sejarah Cupu Kyai Panjala. Dwijo Sumarto menuturkan, Cupu Kyai Panjala saat ini ada 3 yakni Semar Tinandu, Palang Kinantang dan Kenthiwiri. Sebenarnyaa jumlah Cupu Kyai Panjala ada lima, namun ada dua yang hilang, yakni yang bernama Bagor dan Klobot.
Dwijo Sumarto melanjutkan, dahulu isi kotak itu tidak hanya Semar Tinandu, Palang Kinantang dan Kenthiwiri saja, melainkan ada Bagor dan Klobot. Konon ceritanya, karena klobot di istilah Jawa adalah kulit jagung, sedangkan Bagor itu karung, maka keduanya merasa tidak dihormati. Sebab namanya selalu disebut-sebut setiap mulut manusia tanpa penghormatan sedikit pun. Lalu mereka lenyap tak berbekas, serta tidak kembali hingga sekarang. Kejadian hilangnya Bagor dan Klobot itu sudah lama sekali, lebih dari ratusan tahun silam. Dwijo Sumarto mengetahui cerita hilangnya dua cupu berasal dari cerita nenek moyang.
Dwijo Sumarto menjelaskan, Cupu Kyai Panjala berada di tempat sekarang ini sejak tahun 1957. Sebelumnya ada di sebelah gereja depan Balai Desa Girisekar itu. Bahkan dahulunya berada di Temu Ireng, Girisuko, Panggang. Ritual pembukaan Cupu Kyai Panjala ini sudah turun-temurun sejak ratusan tahun silam.
Eyang Seyek adalah nama asli Kyai Panjala. Eyang Seyek merupakan orang yang menemukan dan memiliki Cupu Kyai Panjala. Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat, Cupu Kyai Panjala didapat Eyang Seyek saat njala (menjaring) di laut. Eyang Seyek tidak beristri dan tidak memiliki anak, akan tetapi Eyang Seyek memiliki 10 saudara kandung, 5 lelaki dan 5 wanita. Kakek buyut dari Dwijo Sumarto adalah saudara kandung Eyang Seyek, maka ia menjadi bagian dari ahli waris Cupu Kyai Panjala.
Sampai saat ini Cupu Kyai Panjala diyakini sebagai simbol atau alat peramal untuk kondisi atau kejadian bangsa Indonesia dalam masa setahun ke depan. Semar Tinandu adalah gambaran keadaan penguasa dan pejabat tinggi, Palang Kinantang adalah gambaran untuk masyarakat menengah ke bawah, sedangkan Kenthiwiri adalah gambaran untuk rakyat kecil. Banyak warga lokal bahkan juga dari luar kota yang masih percaya akan hasil ramalan tersebut, maka digunakanlah acara ritual pembukaan cupu tersebut untuk meminta berkah.
Juru doa akan mengiringi acara makan, juga menyampaikan 54 orang yang punya hajat dan kelegan (sukses) dalam sesajinya menyertakan ingkung, serta 68 orang membantu singep (selimut) Cupu Kyai Panjala. (HeryFosil/Jjw).