PATUK, (KH)— Setelah mengembangkan berbagai macam tanaman dan buah, warga masyarakat Desa Nglanggeran terus melakukan inovasi berbagai produk olahan bahan makananasal wilayah setempat. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan dan mengolah kakao hasil dari para petani.
Sudiyono selaku ketua pengurus pengembangan coklat mengatakan, sebelumnya hampir selama 29 tahun ia menanam kakao belum bisa mengolah dan mengembangkan kakao menjadi bahan pangan yang bernilai ekonomi lebih. Lalu setelah menjalin kerja sama dengan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Pemkab Gunungkidul, dan LIPI, baru tahun ini bisa mengembangkan kakao menjadi berbagai produk olahan.
“Berkat adanya bantuan dari berbagai pihak tersebut sekarang kakao bisa diolah menjadi berbagai macam makanan olahan seperti, minuman 3 in 1, permen coklat, chocomilk dan dodol, rasanya enak tak kalah dengan coklat produksi daerah luar,” Jelasnya saat ditemui KH diempat produksi pembuatan coklat, Kamis (12/5/2016) Pagi.
Produksi dalam setiap hari, Sudiyono menghabiskan 10 sampai 20 kilogram kakao yang dicampur dengan berbagai bahan makananan tambahan lainnya. Kakao tersebut dibeli dari petani setempat dengan harga per kilo Rp.35.000,00.
Sasaran pemasaran sementara ini, produksi olahan kakao tersebut masih sebatas di daerah Nglanggeran karena masih menunggu sertifikat/ ijin legal dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Sudiyono menambahkan, produk olahan kakao tersebut dijual dengan harga mulai dari Rp.15.000,00 per sachet sampai Rp.20.000,00. Dalam produksinya, Sudiyono dibantu oleh Ibu-ibu warga masyarakat Desa Nglanggeran yang sebelumnya diberi pelatihan oleh pihak terkait. Pemberdayaan ibu-ibu warga masyarakat Desa Nglanggeran menjadi salah satu tujuannya.
“Semoga kedepan produksi olahan kakao dari kami terus berkembang serta bisa dipasarkan dipusat-pusat perbelanjaan sebagai oleh-oleh khas,” Pungkasnya sembari berharap. (Edo)