PALIYAN,(KH) — Kesadaran warga Desa Giring untuk melestarikan tradisi masih dijaga sampai saat ini. Tidak hanya tradisi besar seperti rasulan dan babad dalan, beberapa tradisi lainnya juga tetap dijaga keberadaannya.
Menyambut musim panen jagung, sebanyak 280 warga Padukuhan Candi dan Padukuhan Kendal, Desa Giring mengadakan tradisi sedekah candi yang dilaksanakan di Petilasan Candi Ki Demang Notoprojo. Tradisi ini selalu dilaksanakan menjelang musim panen tiba. Jumat (06/02/2015).
Warga membawa berkat yang berisi tiwul, nasi jagung, nasi dedak ,pelas pare dan pelas jagung, untuk didoakan secara bersama-sama. Dengan harapan musim panen (terutama Jagung) pada tahun ini memberikan hasil yang maksimal untuk petani.
Trimo Rejo (74) warga Padukuhan Candi, Desa Giring selaku kaum yang memimpin doa pada acara tersebut memaparkan, tradisi sedekah candi merupakan tradisi turun temurun yang sudah ada lebih dari 100 tahun yang lalu. Ia menjelaskan, menurut sejarah tradisi tersebut adalah bentuk peninggalan tradisi yang diberikan oleh Ki Demang Notoprojo.
“Menurut cerita simbah-simbah terdahulu, tradisi tersebut dilakukan oleh Ki Demang Notoprojo sebelum adanya musim panen jagung,” katanya.
Trimo Rejo berharap kepada generasi muda Desa Giring agar dapat melanjutkan tradisi tersebut; bahkan ia bersedia untuk memberikan penjelasan sejarah, jika ada pemuda yang hendak untuk mempelajari sejarah dari tradisi tersebut.
“Agar tradisi tidak hilang, tentunya generasi muda perlu diberitahu agar tradisi bisa terjaga dan lestari,” imbuhnya.
Sebelum puncak acara dimulai, terlebih dahulu kaum memimpin doa untuk berkat yang dibawa oleh setiap warga. Ratusan berkat tersebut dikumpukan di samping Candi Ki Demang Notoprojo. Setelah selesai didoakan, warga berebut berkat yang dikumpulkan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing.
Ngatiyah (40) warga Padukuhan Kendal mengatakan, berkat yang didapat dipercayai warga akan memeberikan hasil panen yang melimpah. Berkat yang didapat, nantinya akan dimakan bersama baik dengan keluarga maupun tetangga sekitar.
Menurutnya, selain melestarikan tradisi, acara tersebut juga sebagai bentuk silahturahmi antar warga. Dengan memperebutkan berkat bukan berarti warga saling sikut untuk bisa mendapatkan berkat sebanyak mungkin.
“Karena warga yang tidak mendapatkan berkat akan diberikan berkat oleh warga lain yang mendapatkan berkat lebih,” pungkasnya.(Atmaja/Tty)