Tradisi Boyong Dewi Sri Dorong Peningkatan Produksi Padi

oleh -5776 Dilihat
oleh
Tradisi Metik dan Boyongan Dewi Sri di Plumbungan Patuk. Foto: Juju.
Tradisi Metik dan Boyongan Dewi Sri di Plumbungan Patuk. Foto: Juju.

PATUK,(KH)— Warga Dusun Plumbungan, Desa Patuk Gunungkidul bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta melalui Ikatan Keluarga Alumni (IKA) kembali menggelar Festival “Dewi Sri” 2015. Festival tersebut diawali dengan tradisi metik panen padi perdana dan diakhiri dengan kirab budaya.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Negeri Yogyakarta Prof Suyanto PhD mengatakan, festival ini dimaksudkan untuk menggali potensi warga, baik potensi ekonomi maupun potensi budaya serta melestarikan tradisi dan kearifan lokal masyarakat khususnya aspek sosial budaya desa.

“Acara ini kita harapkan memiliki dampak positif khususnya bagi petani, mereka lebih setia dengan profesinya,” kata mantan Dirjen Dikdasmen dan mantan Rektor UNY tersebut disela acara.

Suyanto menjelaskan, seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan pangan khususnya beras terus meningkat. Sektor pertanian harus menjadi penopang kebutuhan pangan bagi masyarakat. Festival Dewi Sri terebut diharapkan dapat meningkatkan produktifitas petani dalam bercocok tanam padi, sehingga dapat berkontribusi terhadap swasambada pangan nasional.

“Dengan festival ini kita berharap produktivitas padi lebih meningkat, masyarakat bisa mandiri sehingga dari Gunungkidul akan berdampak hingga Nasional,”paparnya.

Sementara, Wakil Rektor III Universitas Negeri Yogyakarta Prof Dr Sumaryanto MKes mengatakan, Festival Dewi Sri merupakan rangkaian peringatan Dies Natalis UNY ke 51. Festival tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, karena dihadiri oleh mahasiswa asing seluruh dunia.

“Tahun ini ada 3 kegiatan di Gunungkidul yang kita gelar, yakni di Kecamatan Patuk dan Kecamatan Semanu,” katanya.

Terpisah, Dukuh Plumbungan Sulistyo mengungkapkan, Festival Dewi Sri tahun 2015 merupakan tahun ke dua penyelenggaraan Festival tersebut. Beragam acara digelar dalam kegiatan ini seperti berbagai lomba, kirab, pameran kerajinan, pameran kuliner, dan bazar.

Sulistyo menjelaskan, dalam kirab boyong Dewi Sri, seorang wanita cantik yang menjadi icon Dewi Sri diarak oleh masyarakat kebalai desa setempat. Ritual tersebut dimaknai sebagai wujud penghormatan kepada Dewi Sri yang selama ini dipercaya sebagai Dewi Padi.

“Tradisi metik dan boyong Dewi Sri sudah ada sejak jaman nenek moyang, tradisi ini kita terus kita laksanakan hingga kini,” tuturnya.

Usai ikon Dewi Sri diboyong ke balai dusun, seluruh masyarakat yang hadir menggelar tirakat dengan makan bersama. Tradisi ini merupakan wujud persembahan rasa syukur kepada Tuhan, atas panen yang digelar tahun ini melimpah. (Juju)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar