“Ada ratusan yang mestinya keluar. Ada PNS, pekerja swasta hingga siswa,” kata Ahyari (52) warga Padukuhan kedungwanglu, Jumat (19/1/2023).
Dia pun semestinya berangkat mengajar. Namun, karena aliran air sungai tinggi dia tak berani melintas.
Setelah hari agak siang, aliran air sedikit menurun. Ia kemudian menyeberang untuk mencari keperluan rumah tangga.
“Terpaksa mengajar secara online. Siswa yang mestinya sekolah juga mengakses pembelajaran via daring,” imbuhnya.
Guru di institusi pendidikan yang memiliki siswa asal Kedungwanglu pun sudah maklum dan paham dengan situasi di wilayahnya.
Artinya, manakala hujan deras mengguyur, tugas khusus bagi siswa asal Kedungwanglu diberikan secara daring.
“Katanya sudah mau dibuatkan jembatan dengan Dana Keistimewaan (Danais),” tukasnya.
Dia pun sangat beharap rencana tersebut direalisasikan. Sehingga, 150-an Kepala Keluarga (KK) asal Kedungwanglu tak kehilangan akses keluar saat hujan deras mengguyur.
Sementara itu, warga lain asal Kedungwanglu melalui media sosial mengaku selama ini tak mendapat perhatian. Bahkan berujar, warga di wilayahnya memilih golput.
“Apa sebaiknya golput saja? Siapa tahu nanti diperhatikan,” tulisnya. (Kandar)