Syawalan Trah Demang Mangunwedana: Menguatkan Ikatan Keluarga Melalui Kebersamaan dan Keberagaman

oleh -766 Dilihat
oleh
mangunwedana
Sesi foto bersama mengisi agenda Syawalan. (KH)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Hari ke- 6 pasca Idul Fitri cuaca di Wonosari, Gunungkidul cukup terik. Hal itu tak menyurutkan ratusan anggota paguyuban keluarga besar Demang Mangunwedana asal Nglipar, berduyun-duyun menuju balai Kalurahan Kepek. Mereka datang dari berbagai penjuru.Tidak sedikit diantaranya merupakan perantau yang mudik ke Gunungkidul pada Lebaran tahun ini.

Ada alasan kuat yang membuat mereka tergerak untuk datang. Mereka ini ingin saling bertemu dan saling mengenal sebagai sesama keturunan Demang Mangunwedana, tokoh pemasang anjir (patok) batas Yogya-Surakarta.

“Ada cerita menarik, sesama anggota keluarga trah bekerja dalam satu kantor, tapi tidak tahu bahwa mereka masih punya hubungan kekerabatan. Baru kemudian diketahui setelah bertemu dalam agenda Syawalan,” ujar Ketua Paguyuban trah Demang Mangunwedana, Sunarta, Minggu (6/4/2025)

Menurutnya, antar anggota keluarga belum saling mengenal merupakan hal lumrah. Sebab, anggota trah jumlahnya cukup banyak dan tersebar di berbagai wilayah. Bahkan ada pula yang menetap di luar negeri.

Sebelum wafat 1915, R Demang Mangunwedana memiliki 3 istri dan menurunkan 18 anak. Oleh keturunan diantaranya dimotori para canggah (garis keturunan ke- 4) diinisiasilah pembentukan paguyuban. Agenda pertemuan yang mulai dijadwalkan rutin berupa Syawalan. Pertemuan akbar kali ini merupakan kali kedua setelah diawali pertemuan pertama pada tahun sebelumnya dengan agenda pembentukan pengurus. Jauh sebelumnya, pernah terjadi pertemuan syawalan rutin. Namun, terjadi vakum cukup lama.

“Pertemuan trah ini mudah-mudahan bisa ‘ngumpulke balung pisah’. Buyut, cicit, canggah dan seterusnya belum banyak yang saling mengenal. Mereka tersebar dan berkiprah pada berbagai sektor. Ada yang menjadi lurah, kepala daerah, akademisi, bekerja di sektor swasta, petani, pedagang dan lain-lain,” beber Sunarta.

Sunarta menegaskan, anggota trah sepakat untuk terus menjalin hubungan dalam ikatan keluarga besar. Mereka tidak ingin sampai ‘kepaten obor’. Mereka sama-sama ingin mensyukuri memiliki asal-muasal yang sama. Selanjutnya, menjaga hubungan kekerabatan dari generasi saat ini hingga generasi yang akan datang.

mangunwedana
Syawalan keluarga besar R Demang Wangunwedana asal Nglipar. (KH)

“Kami datang punya derajat yang sama. Tak saling memandang latar belakang ekonomi, pekerjaan atau profesi. Dengan silaturahmi ini bisa menjadi penyemangat dan daya hidup, diantaranya berupa umur panjang dan kelapangan rezeki,” imbuh Sunarta.

Hal senada disampaikan Ketua Panitia Syawalan, Bambang Setiawan, bahwa kepengurusan baru periode 2024-2029 baru dibentuk tahun lalu. Hari ini, perwakilan keturunan dari 18 empu (anak Demang Mangunwedana) bisa hadir.

“Dahulu Syawalan digelar 3 tahun sekali, lantas disepakati menjadi 1 tahun sekali. Gilirannya nanti dibagi merata sesuai urutan 18 anak dari R Demang Mangunwedana,” ungkap Lurah Kepek, Wonosari ini.

Lebih jauh disampaikan, ungkapan ‘Tan Mingkuh ing Dhawuh’, menjadi spirit yang ditanamkan dalam diri tiap anggota trah. Dia memaknai semboyan itu bahwa kebersamaan menjadi kekuatan untuk bersatu, berkarya atau bekerja dengan tidak pernah mengeluh. Senantiasa bergairah melakoni hidup dan bergerak untuk maju.

Syawalan dimulai dari pagi hingga tengah hari. Diisi dengan ikrar syawalan, kajian agama, hingga hiburan musik electone Campursari. Adapun makan bersama sembari bercakap-cakap dan melepas kangen menjadi penutup pertemuan. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar