PALIYAN, (KH) — Malam ini Padukuhan Kendal Desa Giring mengadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Dalam rangka memperingati tahun baru 1 Muharam yang jatuh pada hari ini, Paguyuban Mulyo Jati mengadakan pagelaran kesenian wayang kulit. Setiap malam suro yang kedua, paguyuban selalu mengadakan wayang kulit semalam suntuk.
“Hal ini di samping untuk tetap menjaga kelestarian budaya, juga untuk mengenalkan kepada masyrakat bahwa kebudayaan dan agama dapat berjalan selaras bersama,” kata Sunardi selaku ketua Paguyuban.
Pagelaran Wayang yang diadakan di kediaman Sunardi dihadiri oleh Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul beserta Muspika Kecamatan Paliyan. “Baik pemerintah desa dan masyarakat berpartisipasi dan antusias. Mereka cukup baik dalam menyikapi kelestarian Budaya. Kebudayaan perlu tetap dijaga, karena Desa Giring merupakan Desa budaya,” imbuh Sunardi
Ia berharap pada tahun yang baru (suro) ini, perkebangan kebudayaan dan tradisi semakin lestari dan tidak ada hambatan-hambatan dalam perkembangannya. “Pengenalan kepada anak-anak juga penting demi terpeliharanya sebuah kebudayaan yang baik,” harapnya.
Antusias warga sendiri dapat terlihat dengan padatnya bahu jalan yang digunakan untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit. Meskipun semalam mereka tidak tidur karena suronan, tidak membuat mereka enggan untuk kembali memperingati 1 Suro.
Warga tetap bersemangat untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit semalam suntuk tersebut. “Karena pagelaran Wayang hanya pada saat rasulan saja saya dapat menyaksikan,” ungkap Waryono warga Desa Giring.
Sementara itu, Cb. Supriyanto selaku Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul mengungkapkan, jika acara ini positif, diharapkan tetap terjaga. “Mari untuk masyarakat tetap mendukung pelestarian kebudayaan dan tradisi ini, karena kita sebagai warga D.I.Y yang istimewa agar tetap bisa menjaga tradisi dan kebudayaan yang sudah ada,” paparnya.
Lebih lanjut Cb. Supriyanto menjelaskan, untuk Desa Giring yang didapuk menjadi sebuah Desa Budaya, bahwa seluruh Desa Budaya tahun depan akan mendapatkan gamelan perunggu. “Sesuai amanat Sri Sultan, jika sebuah Desa Budaya harus mempunyai gamelan yang terbuat dari perunggu,” pungkasnya.(Atmaja/Tty)
‘