Supoyo Dan Marto: Puluhan Tahun Jaga Mayat Dari Ancaman Harimau Rambon

oleh -7647 Dilihat
oleh
Supoyo dan Marto Suwito ketika berada di kuburan Kedokan, Desa Hargosari menunggui makam salah satu warga yang baru saja dikubur. KH/ woro.

TANJUNGSARI, (KH)— Bagi Supoyo (60) dan Marto Suwito (60) tugas menjaga mayat yang baru dikubur adalah sebuah amanah yang mesti dilaksanakan dengan kesungguhan, tak boleh sembrono. Oleh karena itu demi memastikan amannya mayat-mayat di kuburan Kedokan, Hargosari, Tanjungsari, Gunungkidul dari serbuan harimau-harimau liar jenis rambon, mereka rela tidak tidur semalaman bahkan terkadang basah kuyup kehujanan. Bagi mereka, kelalaian dalam menjaga bisa berakibat fatal. Seperti diketahui bagi sebagian masyarakat Hargosari, Tanjungsari fenemena mayat digondol harimau dianggap nyata adanya.

Sesungguhnya tugas menjaga makam yang masih baru biasanya dilakukan oleh pihak keluarga jenazah dengan dibantu sanak saudara maupun tetangga. Akan tetapi sebagian warga ada yang menggunakan jasa orang lain yang memang terbiasa melaksanakan tugas tak lazim itu. Dan merekalah orang yang paling sering mendapat tugas tersebut.

Udara malam itu (Jumat, 10/03/2017) terasa dingin menembus kulit. Supoyo dan Marto Suwito tampak duduk di bawah tenda dari terpal warna biru yang di beberapa bagiannya telah terkoyak. Sesekali tangannya yang telah berkeriput itu memainkan senter dengan memendarkan sinarnya ke segala arah. Untuk melewati waktu semalaman dan kemungkinan hadirnya serangan gerombolan harimau rambon yang dikenal agresif itu mereka terlihat ceroboh. Sebab, Mereka hanya membekali diri dengan sepasang senter dan sarung. Tak ada jaket, pentungan atau parang dan pedang.

Malam itu mereka berada di kuburan yang bersebelahan dengan hutan Mojojerit, karena diresoyo, dimintai tolong oleh keluarga Sartini untuk menjaga jenazah yang baru saja dimakamkan.

Marto Suwito mengaku bahwa dirinya sudah puluhan tahun menjadi penjaga mayat di kuburan Kedokan. Dirinya mengaku mau bersedia menjalankan tugas berat tersebut karena merasa terpanggil, di samping juga karena jarak rumahnya yang paling dekat dengan makam.

“Kasihan seumpama ada mayat yang digondol simbah (-red, sebutan untuk harimau),” jelasnya malam itu.

Selama puluhan tahun menjalankan tugasnya, baik Marto maupun Supoyo pernah beberapa kali mendapat pengalaman melihat harimau jenis rambon yang berwarna hitam, baik seekor maupun bergerombol mendekati makam-makam yang masih baru. Supoyo bahkan mengaku, dulu saat masih muda pernah melihat penampakan harimau yang membawa mayat dengan cara digendong di punggungnya.

Lebih lanjut mereka mengatakan, bahwa seumpama mengetahui kehadiran harimau rambon, mereka cukup bersuara gaduh dan memainkan pendar cahaya senter ke segala arah. Bagi mereka itu cara paling aman untuk mengusir harimau rambon.

“Jangan dilempar atau pakai ketapel, mereka malah akan menyerang kita,”jelasnya

Ketika ditanya berapa tarif yang mesti dibayarkan setiap malamnya oleh keluarga yang mau menggunakan jasanya, Marto tertawa dan menjawab upahnya tergantung kerelaan tiap-tiap keluarga.

“Tergantung tiap-tiap keluarga. Seiklas mereka,” jelas Marto. Ia mengaku, terkadang pada saat berjaga pada malam hari ada keluarga yang berbaik hati mengirim sekedar teh panas dan camilan. (Woro)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar