NGAWEN, Kabarhandayani.– Inilah kisah nyata yang dituturkan Sunyoto (52), seorang wirausahawan genteng dari Padukuhan Sambeng, Ngawen yang bercerita tentang awal mula dirinya menggeluti usaha genteng miliknya. Awal mula sekitar 10 tahun yang lalu, ia mulai menggeluti bisnis membuat genteng sejak kelahiran cucu pertama yang bernama Revina, maka dari itu nama perusahaanya diberi nama Revina Jaya Genteng. Sebelum menjadi wirausahawan genteng, Sunyoto menceritakan bahwa dulunya bekerja sebagai sopir truk.
Ia menuturkan, faktor cuaca paling berperan dalam proses pembuatan genteng. Hal ini karena pada saat proses penjemuran setelah dipres dan dicetak membutuhkan waktu kurang lebih 7-10 jam. Jika cuaca baik dalam waktu 2 hari bisa langsung diangkat dan masuk ke oven.
Produksi yang dijalankan Sunyoto perhari bisa mencapai 1.500 buah dan untuk pengovenan sekali oven bisa memuat 11.000 – 12.000 buah genteng. Untuk tenaga kerjanya, ia merekrut sekitar 8 orang, dengan upah Rp 40-50 ribu per hari. Sistem pembayarannya mingguan. Bahan baku yang digunakan berasal dari Bayat, Klaten dan Semin Gunungkidul. Harga satu truk bahan baku tanah liat dari Bayat seharga Rp. 600.000,- dan cukup untuk membuat 3000 nuah genteng setelah dicampur dengan kaolin (tanah putih dari Semin).
Perpaduan yang tepat antara tanah dari Bayat, kaolin dari Semin, beserta air yang cukup akan membuat genteng kuat dan tahan lama. Bahkan ia berani menjamin hasil produksinya 5 tahun bebas dari kerusakan dengan mengganti 100% produk baru jika rusak, asalkan bukan dari kerusakan akibat bencana alam. “Hasil produksi genteng buatan kami hanya bisa disaingi oleh genteng yang berasal dari genteng buatan Kebumen,” imbuh Sunyoto mengakhiri perbincangan dengan Kabarhandayani. (Jhody Setyawan/Jjw).